Welcome to QIENAZONE. Thank you for visited my blogsite. Wish it will be useful for you guys. Leave a comment please ^^

Kamis, 06 Desember 2012

Beberapa Indeks yang Digunakan untuk Mengukur "Activities Daily Living" (ADL)

,

A.       Kenny Self Care Index
Kenny Self Care  merupakan alat wawancara instrumen klinis berbasis mirip dengan indeks Barthel, digunakan untuk menilai fungsi fisik, khususnya untuk perawatan diri dan ambulasi.

Aktifitas yang dinilai
Nilai
Aktifitas di tempat tidur :
a.    Bergeser di bed
b.    Bangun dan duduk

Transfer dalam posisi :
a.    Duduk
b.    Berdiri
c.     Penggunaan toilet

Ambulasi :
a.    Berjalan
b.    Naik turun tangga
c.     Pengguanaan kursi roda

Berpakaian :
a.    Anggota atas dan trunk bagian atas
b.    Anggota bawah dan trunk bagian bawah
c.     Kaki

Higine :
a.    Wajah, rambut, lengan
b.    Trunk
c.     Anggota bawah
d.    Bladder dan bowel

Makan


Skala Penilaian :
0 = Ketergantungan penuh
1 = Perlu bantuan banyak
2 = Perlu bantuan sedang
3 = Perlu bantuan minimal/pengawasan
4 = Mandiri penuh
B.   Physical Self-Maintenance Scale
Physical Self-Maintenance Scale (PSMS) mengukur kemampuan pasien untuk melakukan ADL secara independen (mandiri). Ini mengevaluasi tingkat kemandirian dalam melakukan buang hajat, makan, berpakaian, perawatan, pergerakan, dan tugas mandi. Total skor berkisar dari 0 sampai 6. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam melakukan ADL.

Task
Score
Toileting
1 = Cares for self at the toilet completely, experieces no incontinence
0 = Needs to be remained or needs help in cleaning self, or has rare (weekly at most) accident
0 = Soils or wets while asleep more than once a week
0 = Soils or wets while awake more than once a week
0 = Has no control of bowels or bladder

Feeding
1 = Feeds self without assistance
0 = Feeds self with minor assistance at meal times and /or with special preparation of food, or help in cleaning up after meals
0 = Feeds Self with moderate assistance and is untidy
0 = Requires extensive assistance for all meals
0 = Does not feed self at all and resists efforts of others to help

Dressing
1 = Dresses, undresses, and select clothes from own wardrobe
0 = Dresses and undresses with minor assistance
0 = Needs moderate assistance in dressing or selecting clothes
0 = Needs major assistance in dressing or selecting clothes
0 = Is completely unable to dress self and resists effort of others to help

Grooming (Neadness, Hair, Nails, Hands, Face, Clothing)
1 = Grooms self without assistance and is always neatly dresses and well-groomed
0 = Grooms self adequately and receives occasional minor assistance (e.g, with shaving)
0 = Need moderate and regular assistance or superfision in grooming
0 = Need total grooming care, but can remain well-groomed after help from others
0 = Actively resists all efforts of others to assist with grooming

Physical Ambulation
1 = Goes about grounds or city
0 = Ambulances within residence or about 1-block distance
0 = Ambulances with assistance of the following (check one) :
(  ) Another person
(  ) Railing
(  ) Cane
(  ) Walker
(  ) Wheelchair _____ gets in and out without help
     _____ needs help getting in and out
0 = Sits unsupported in chair or wheelchair, but cannot propel self without help
0 = Is bedridden more than half the time

Bathing
1 = Bathes self (e.g., in tub, in shower, by sponge bath
0 = Bathes self with help in getting in and out of tub
0 = Washes face and hands only, but cannot bathe rest of body
0 = Does not wash self but is cooperative with those who assist
0 = Does not try to wash self and resists efforts to assist

Modified from Lawton MP, Brody EM: Assesment of older people: self-maintaining and instrumental activities of daily living, Gerrontologist 9:179-186, 1969.

C.   Activities of Daily Living-Instrumental Activities of Daily Living Scale
ADL-IADL Scale mengukur masalah fungsional dengan ADL dan IADL pada orang dewasa yang lebih tua. Ini mengevaluasi ketergantungan dan kesulitan dengan 18 ADL dan tugas IADL. Total skor berkisar 18-54. Skor yang lebih tinggi menunjukkan ketergantungan yang lebih besar dalam melakukan ADL dan tugas IADL.

Task
Independently and easily
Independently but with some difficulty
Dependently or with supervision
Eating and drinking (ADL)
Washing face and hand (ADL)
Using the toilet (ADL)
Arising from chair (ADL)
Getting in and out of bed (ADL)
Moving inside house (ADL)
Dressing (ADL)
Performing “light” house-cleaning activities (IADL)
Washing oneself completely (ADL)
Moving outdoors on flat ground (ADL)
Preparing dinner (IADL)
Preparing breakfast and lunch (IADL)
Going up and down stairs (ADL)
Making bed (IADL)
Caring for feet and nails (ADL)
Washing and ironing clothes (IADL)
Shopping (IADL)
Performing “heavy” house-cleaning activities (IADL)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Modified from Kempken GIJM, Suurmeijer TPBM: The development of hierarchial polychotomous ADL-IADL Scale for noninstituionalized elders, Gerrontologist 30 (4): 497-502, 1990

Sabtu, 03 November 2012

Terapi Manipulasi Elbow Joint/Sendi Siku

,
a.         Pemeriksaan Fungsi Dasar Pada Elbow Joint     
Pada umumnya sebelum diadakan tes fungsi (pemeriksaan fungsi dasar), akan lebih baik apabila dilakukan tes orientasi gerak aktif yang berupa gerak fungsional dari sendi siku (misalnya : mengangkat, mendorong atau rnenekan suatu benda), Untuk mengetahui  : koordinasi, pola nyeri dan ROM aktif, dan tes orientasi tadi akan didapatkan interpretasi global tentang lokalisasi/letak nyeri atau letak struktur yang berkelainan (cidera).
Pemeriksaan fungsi dasar sendi siku (elbow joint) - pada prinsipnya meliputi 10 gerakan. Dari gerakan tadi dapat kesimpulan dari interpretasi sementara tentang kemungkinan struktur yang cidera/kelainan dalam kaitannya dengan gerakan fungsi serta sifat dari kelainan itu sendiri.
1.         Gerak flexi pasif.
Dalam gerak flexi pasif pemeriksa menekuk siku pasien dan flexor shoulder pasien. Sifat gerakan akhir (end feel) : sangat lunak karena gerakan ini dihambat oleh pertemuan antera kulit subcutan dan otot dari lengan bawah dan lengan atas.
Informasi yang didapat dari gerakan ini : Jarak gerak sendi, rasa nyeri dan sifat dari gerakan, stabilitas sendi, capsular pattern.
2.         Gerak ekstensi pasif.
Tehknik pelaksanaan adalah kebalikan dari gerak flexi siku. Posisi sendi siku dari pasien harus betul-betul relax. End Feel adalah keras karena gerakan ini diakhiri oleh pertemuan antara tulang dan tulang (olecranon dan fossa olecrani) Selain itu gerakan ini direm oleh ligamentum colateral bagian anterior, sehingga jarak gerak sendi yang normal seharusnya tidak lebih dari 180°. Namun jarak gerak sendi siku sering juga dijumpai adanya perbedaan antara siku kanan dan siku kiri.
Informasi dari tes ini adalah : adanya kemungkinan cidera dan struktur kapsul bagian anterior, ligamen collateral bagien anterior atau tendô m. biceps brachii dan m. brachialis, serta capsular patern.
3.         Gerakan pronasi pasif.
Pada gerakan pronasi maka tulang radius berputar terhadap tulang ulna. Pada gerak pronasi pasif jarak gerak sendi dapat mencapai 90 darajat. Dalam pelaksanaan tes ini maka yang terpenting pemeriksa memberikan memfixir tulang ulna sedangkan tangan yang lain menggunakan ibu Jari memegang bagian distal tulang radius. Kemudian tulang radius diputar kearah pronasi. Sifat gerakan akhir (end feel) dari gèrak pronasi adalah lebih keras bila dibanding dengan gerak flexi, tetapi lebih lunak bila dibanding dengan gerak ekstensi,  sehingga disebut capsulo ligamenter.
4.         Gerak supinasi pasif.
Teknik pelaksanaan seperti pada gerak  pronasi pasif, hanya arah gerakan yang terjadi berlawanan. Jarak gerak sendi pada gerakannya adalah 90°. End feel sedikit lebih keras daripada gerak pronasi namun tetap disebut capsulo ligamenter.
5.         Gerak flexi melawan tahanan.
Tehnik pelaksanaannya pada gerakan ini harus memperhatikan stibilitas sendi shoulder, sehingga gerakan yang terjadi bukan merupakan gerakan kompensasi dari sendi shoulder. Posisi pasien seperti pada gambar dan fisioterapis berikan tahanan static isometric pada gerak fleksi sendi siku. lnformasi yang didapat dari gerak ini adalah kekuatan otot flexor, terutama m.biceps brachii dan brachialis dan rasa nyeri pada otot-otot tadi, musculo tendinogen dan sebagainya.
6.         Gerak extensi melawan tahanan.
Gerakan ini berlawanan arahnya dengan gerak flexi, sehingga yang perlu di perhatikan pada grakan extensi melawan tahanan adalah pemberian tahanan dan faktor gaya dorong yang akan menentukan struktur sendi shoulder. Informasi yang didapat dari gerakan ini adalah seperti halnya pada gerak flexi melawan tahanan yaitu kekuatan otot  terutama otot triceps, rasa nyeri dan adanya kemungkinan kompresi/penekanan pada bursa subdeltoid.
7.         Gerak pronasi melawan tahanan.
Pada pelaksanaan tes gerak ini, maka pemeriksa memberikan yang kuat pada distaI tulang radius dengen, menggunakan kedua ibu jari tangan pemeriksa terutama permukaan thenor. Kemudian  pasien disuruh menggerakkan tulang radius kearah pronasi dan pemeriksa memberikan tahanan sehingga sedemikian rupa sehingga kontraksi yang teradi adalah kontraksi static isometric. Untuk menghindari gerakan kompensasi maka elbow pasien pada 90˚ flexi. Gerakan ini dilakukan oleh m. pronator teres.
8.         Gerak Supinasi melawan tahanan.
Pada prinsipnya tekhnik pelaksanaannya sama dengan gerak pronasi melawan tahanan, hanya arah gerakan yang dilakukan oleh pasien kearah supinasi dan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa ke  arah pronasi. Gerakan ini dilakukan oleh m. biceps brachii dan m. supinator.
9.         Gerak fleksi melawan tahanan pada sendi pergelangan tangan
Otot penggerak fleksi sendi pergelangan tangan pada umunya bersifat multi axial sehingga ada beberapa group flexor, pergelangan tangan juga merupakan group flexor dari sendi siku.
Tes ini sering juga digunakan pada otot-otot fleksor carpiradialis dan ulnaris serta otot-otot flexor digitorum yang berorigo disekitart epicondylus medialis humeri atau sering dipakai untuk tes golfer elbow.
10.      Gerak ekstensi melawan tahanan padä sendi pergelangan tangan.
Tes dengan gerak ini, sering digunakan untuk tes group otot extensor sendi pergelangan tangan sekaligus juga ekstensor sendi siku yang berorigo pada epicondylus lateralis humeri (Tennis elbow). Otot—otot ini antara lain ; m. extensor carpi radialis longus dan brevis, m. digitorum communis dan ekstensor carpi ulnaris.

b.        Manipulasi Regio Siku
Regio siku dalam hal ini sendi siku dibentuk oleh tiga komponen sendi yaitu :Articulatio Humero Ulnaris, artikulatio humero radialis dan articulatio radio ulnaris proximal.
Pada prinsipnya pemberian manipulasi (traksi-translasi) Ialu mengikuti bentuk konkafitos konfeksitos (cekung — cembung) dari pada permukaan sendi.
1.       Articulatio Humero Ulnaris.
Apabila kita ingin mémberikan traksi sebagai pemeriksaan lingkup gerak sendi (joint play), maka pemberian traksi diberikan pada Maximally loose pached possition ( MLPP ) ± 70˚ flexi. Sedangkan arah traksi pada Humero ulnaris sesuai dengan bentuk permukaan sendi, adalah 45° dari otis tulañg ulnaris atau dengan kata lain untuk memperoleh arah traksi yang sejajar denan permukaan sedi maka arah traksi = derajad flexi – 45°.
Contoh Pada flexi siku 90° maka arah traksi = derajad flexi – 45° = 45°flexi.
Pada tujuan terapi, maka pemberian traksi dapat diberikan pada,maximally loose pached position, posisi fleksi, posisi ekstensi atau posisi keterbatisan gerak sendi siku.
   
-           Traksi pada maximalle loose pached position (MLPP)
Posisi seperti pada gambar,yang mana tangan fisioterapi berlawanan memegang ós humerus ke distal mungkin sambil meraba batas garis sendi, dengan ibu jari. Sedangkan tangan yang lain. menarik ke anterior membentuk garis sudut 45˚ dengan sumbu tulang.

 
  
-           Traksi pada keterbatasan gerak fleksi 70˚
Tehnik pelaksanaan seperti tersebut diatas.
Indikasi : keterbatasan sendi siku a specifiic.
 
  
-           Terapi Manipulasi traksi pada 60˚ fleksi humero ulnaris
Posisi pasien: tidur terlentang, lengan yang akan di traksi difiksasi dengan belt seperti gambar.
Fisioterapis: Tangan yang berlawanan memegang (memfixir) lengan bawah sedistal mungkin. Tangañ yang lain memberikan traksi ke arah seperti pada gambar.

          
  
-           Terapi Manipulasi traksi humero ulnaris  pada 120˚ fleksi
Teknik pelaksanaan seperti pada gambar.
Indikasi : keterbatasan sendi siku a spesifik.
untuk menambah fleksi articulation humero ulnaris.

 
  
-           Traksi Humero ulnaris pada 120˚ fleksi lengan bawah mid posisi.
Teknik pelaksanaan: pasien duduk disamping meja pengobatan.(seperti pada gambar)
Fisioterapis: Arah traksi dan fixasi lihat gambar.
Indikasi : penambahan flexi siku, keterbatasan sendi siku specifik.

 

-           Traksi Humero ulnaris pada posisi lengan mendekati normal ekstensi
Tehnik pelaksanaan: seperti jenis-jenis traksi humero ulnaris yang lain, arah traksi dan fiksasi seperti gambar. DaIam pemberian traksi ini lengan bawah dapat pada posisi supinasi maupun pronasi, tergantung tujuan yang hendak dicapai.

 

2.         Articulatio radiohumeri
-           Traksi Humero radialis pada posisi MLPP
Teknik pelaksanaan:
Posisi : tidur terlentang.
Fisioterapis: tangan yang sama memberikan fiksasi pada lengan atas sedistal mungkin sambil jari telunjuk meraba garis sendi (olecranon). Tangan fisioterapis yang lain memberikan traksi pada os radius dengan fiksasi seperti pada gambar dan arah traksi searah  sumbu tulang radius.

 

-           Traksi pada Humero radialis keterbatasan gerak fleksi 70˚.
Tehnik pelaksanaan dan posisi pasien seperti pada gambar.
Indikasi : Keterbatasan sendi siku aspecifik.

 

-           Translasi Articulatio Cubiti Antebracium medial
Tehnik pelaksanaan:
Posisi pasien : duduk
Fisioterapis: tangan yang berlawanan memegang (fixasi) pada lengan atas pasien sedistal mungkin. Tangan yang sama memegang lengan bawah pasien se proximal mungkin meraba garis sendi (pada olecranon). Kemudian memberikan ke gerak translasi ke medial seperti pada gambar. Tehnik ini dapat dilaksanakan pada posisi tangan pasien makin ke arah extensi atau pada keterbatassn akhir gerak extensi seperti pada gambar dibawah ini.
 Indikasi untuk menambah lingkup gerak sendi ke arah extensi pada keterbatasan gerak sendi siku aspesifik.

 



-           Translasi Articulatio Cubiti antebrachium lateral.
Tehnik pelaksanaan: posisi fisioterapi serta posisi pasien seperti pada gambar. sedangkan pemberian traksi ke arah lateral.
Gerakan translasi ini dapat dilaksankan pada lengan, makin gerak ke arah flexi atau keterbataan akhir gerak flexi seperti gambar di bawah ini.
Indikasi: untuk menambah lingkup gerak sendi arah flexi pada keterbatasan gerak sendi siku aspecifik.

3.         Articulatio Radio Ulnaris Proksimal
-           Translasi articulation humero radialis
Teknik pelaksanaan :
Posisi pasen duduk dengan tangan diatas bangku (seperti gambar) – Fisioterapis memberikan  translasi pada head of radio ke anterior. Arah translasi ke ventral pada gerakan ini berfungsi :
§  sebagai translasi pada gerak supinasi
§  translasi pada gerak flexi Humero Radialis.
Indikasi
§  Keterbatasan gerak süpinasi Radio — Ulnaris proximal.
§  Keterbatasan gerak flexi Humero — Radialis.
Catatan: os radius terhadap os ulna. — permukaan sendinya berbentük konvek (cembung).
Os radius terhadap Os humerus permukaan sendi berbentuk konkaf (cekung). “ingat hukum konvexitos dan koncafitos pada traksi translasi “.

-           Translasi articulutio Humero Radialis. articulctio radio ulnaris proximal : Radius ke posterior.
Tehnik pelaksanaan: Posisi pasien dengan tangan diatas meja (seperti gambar) Fisioterapis: Dengan menggunakan ibu jari memberikan translasi pada head of radio ke posterior. Arah translasi ke posterior pada gerakan ini berfungsi:
§  sebagai translasi pada gerak pronasi.
§  translasi pada gerak extensi Humero – Radialis.
Indikasi : Keterbataan gerak pronasi radius ulnaris proximal, Keterbatasan gerak extensi Humero radialis.

Selasa, 09 Oktober 2012

Codman Pendulum Exersice for Shoulder (Codman Pendulum Exercise untuk Shoulder)

,

Codman Pendulum Exercise biasanya dilakukan untuk rehabilitasi bahu setelah operasi atau cedera bahu lainnya seperti dislokasi. Latihan ini terdiri dari gerakan ayunan dan melingkar yang membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada bahu setelah operasi dan juga membantu fleksibilitas bahu dan kemudahan gerak. Codman exercise dapat dilakukan dengan posisi prone lying atau posisi berdiri.


1.    Posisi Berdiri
Dalam posisi berdiri, bungkukkan badan dan gunakan tangan yang sehat sebagai tumpuan pada kursi atau meja. Biarkan lengan yang lemah menggantung, relaksasi otot-otot tulang belikat dan bahu. Gunakan tubuh untuk memulai mengayunkan lengan dalam gerakan melingkar. Gerakan harus mudah. Ini harus dilakukan selama 30 detik dalam satu arah dan ulangi selama 30 detik dengan arah sebaliknya. Mulailah dengan lingkaran yang kecil dan secara bertahap tingkatkan ke lingkaran yang lebih besar. Hal ini harus dilakukan tiga kali setiap hari. Bila tidak ada rasa sakit bisa ditambahkan dengan pembebanan.

a.   Posisi membungkuk sehingga lengan menggantung ke bawah. Gunakan meja atau kursi sebagai tumpuan. Goyang perlahan badan dari kiri kanan atau dalam gerakan melingkar untuk menggerakkan lengan dalam pola melingkar. Kemudian lakkukan dengan arah sebaliknya. Lakukan 5 kali di setiap arah 




                                                
b.  Posisi membungkuk sehingga lengan Anda menggantung ke bawah. Gunakan meja atau kursi sebagai tumpuan. Gerakkan lengan ke arah depan dan belakang. Biarkan lengan Anda melenggang bebas.


c.  Posisi membungkuk sehingga lengan Anda menggantung ke bawah. Gunakan meja atau kursi sebagai tumpuan. Gerakkan lengan dari sisi kanan ke sisi kiri. Biarkan lengan Anda melenggang bebas.

                                       
                  

2.    Posisi Prone Lying
Dalam posisi tengkurap, sambil berbaring menghadap ke bawah di tempat tidur, Anda akan perlu untuk menjuntai lengan lemah Anda dari sisi tempat tidur. Mengendurkan otot leher, lengan, bahu dan tulang belikat. Dalam gerak ayunan, mulailah dengan mengayunkan lengan ke depan dan ke belakang, sekitar 15 sampai 30 derajat dengan cara masing-masing. Untuk mengurangi rasa sakit, tingkatkan ayunan 30 sampai 45 derajat dengan cara masing-masing. Ketika memulai latihan ini, durasi tidak boleh lebih dari 15 detik dan dari waktu ke waktu, bekerja sampai tiga hingga lima menit. Hal ini harus dilakukan tiga kali setiap hari. Tambahkan dengan pembebanan jika tidak timbul rasa sakit.




Sumber:
http://www.ehow.com/way_5594454_codman-shoulder-exercises.html
https://patienteducation.osumc.edu/Documents/pendulum.pdf

Senin, 08 Oktober 2012

Manfaat Olahraga Sepatu Roda (Inline Skating)

,

 SEJARAH
Olahraga sepatu roda berasal dari negeri Belanda, diciptakan sekitar abad ke 17 oleh seorang penggemar ice skating. Dia ingin mengubah permainan ice skating menjadi permainan yang dapat bergerak di atas tanah atau jalan keras.
Tahun 1763 Joseph Marlin seorang teknisi Belgia dan pembuat alat-alat musik mencoba berlari dengan peralatan ice skating yang dilengkapi dengan roda kecil dari besi, tapi tidak bias berkembang pada waktu itu karena ada larangan pemerintah Belanda bermain sepatu roda di jalan raya. Tahun 1863 sorang bernama James Leonard Plimton’s pencipta “rocking Skate yang kemudian ia patenkan menjadi sangat popular, ia kemudian dijuluki “Bapak Pencipta Sepatu Roda”.
Olahraga itu kemudian popular di Amerika, Inggris dan Austria. Tahun 1876 terbentuk organisasi sepatu roda di Inggris yang bernama NSA (The National Skating Association). Tahun 1924 berdiri organisasi sepatu roda Internasional dengan nama Federasi Internationale de Roller Skating (FIRS). Sekarang sudah menyebar di 5 benua dengan 42 anggota federasi nasional.

Kejuaraan dunia diadakan setiap dua tahun sekali dalam nomer Roller Speed Track, Artistic Roller Skating dan Roller Hockey, untuk Speed Roller Skating direncanakan diadakan kejuaraan setiap tahun di Indonesia. Masuknya sepatu roda di Indonesia ketika masa penjajahan Belanda yang membawa permainan itu ke Indonesia, kemudian menjalar pada anak-anak orang Indonesia yang kebetulan orang tuanya bekerja pada Belanda. Tahun 1978 muncul perkumpulan sepatu roda yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Djakarta (Imada), dan pada tanggal 7 Oktober 1979 terbentuk Pengda Perserosi DKI Jakarta. Pada tanggal 24 – 26 April 1981 dilaksanakan Munas Perserosi I, diikuti oleh 10 utusan Pengda Perserosi. Dan dalam Munas Perserosi I resmi terbentuk PB. Perserosi dengan 14 anggota Pengda yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Kaltim, Sulsel, Sulut, Sulteng, Riau, Bengkulu, dan DKI Jakarta.

Peraturan Pertandingan
Peraturan pertandingan berlaku untuk semua perlombaan sepatu roda di seluruh wilayah Indonesia. Peraturan perlombaan ini bersifat mengikat dan merupakan pedoman pokok bagi setiap anggota Perserosi yang mengikuti perlombaan sepatu roda.
Perlombaan sepatu roda dibagi dalam kelompok umur untuk putra dan putri, yaitu  :
A = kelompok 6 – 9 tahun
B = kelompok 10 – 12 tahun
C = kelompok 13 – 16 tahun
D = kelompok 17 tahun ke atas
E = kelompok bebas
Peserta haruslah anggota Perserosi Daerah, mempunyai tanda anggota Perserosi, memakai seragam perkumpulan, memakai nomer peserta dan harus sehat rohani dan jasmani. Nomor pertandingan dalam sepatu roda terdiri : sprint 200, 400, 500 meter, estafet, ketangkasan dan jarak menengah. Untuk ketangkasan dibagi beberapa nomor lagi yaitu : jumping, menerobos gawang, zig-zag, lompat ban, jumping balance, angka delapan, mundur, zig-zag melebar, lompat jauh dan membentuk huruf S.

INLINE SKATING
Inline skating meningkatkan denyut jantung dan membuat paru-paru Anda bekerja, kedua komponen dalam latihan aerobik. Inline skating selama 30 menit dengan kecepatan tetap meningkatkan denyut jantung rata-rata 148 kali per menit masing-masing. Inline skating memberikan latihan aerobik yang hampir sama efektifnya dengan berjalan dan lebih efektif daripada bersepeda atau tangga-loncatan. Anda dapat meningkatkan manfaat aerobik oleh skating di sebuah lereng menanjak, skating lebih giat berlatih skating atau interval, yang bergantian satu menit skating cepat dalam posisi terselip dengan satu menit skating nyaman dalam posisi tegak. Mendapatkan setidaknya 20 menit latihan aerobik tiga hingga lima hari per minggu menghasilkan manfaat kesehatan kardiovaskular, termasuk menurunkan risiko penyakit jantung. Mendapatkan 30 menit aktivitas fisik cepat - seperti inline skating - setiap hari dalam seminggu sangat mengurangi risiko penyakit kronis seperti stroke, tekanan darah tinggi dan penyakit arteri koroner, menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia.

Berat Badan dan Pemeliharaan
Inline skating membakar kalori, yang menyebabkan penurunan berat badan. Tiga puluh menit skating stabil pada kecepatan nyaman membakar antara 210 dan 311 kalori, sementara 30 menit skating Interval membakar hingga 450 kalori. Untuk menurunkan berat badan, bertujuan untuk sekitar 60 sampai 90 menit aktivitas fisik per hari. Untuk menjaga berat badan, terlibat dalam 60 menit moderat intens latihan. Sebagai aturan umum, skating cepat dan lebih keras inline expends lebih banyak kalori.

Manfaat Anaerobik
Inline skating memberikan manfaat anaerobik, seperti otot memperkuat dan menyehatkan. Otot tubuh bagian bawah menerima latihan yang efektif, dengan penekanan khusus pada, tulang kering betis, glutes, paha belakang, pinggul dan paha, termasuk paha depan, penculik, adductors. Inline skating nada tubuh bagian atas, serta, punggung bawah, perut dan ekstensor manfaat. Bahkan otot lengan bahu dan atas mendapatkan latihan dari lengan cepat berayun.

Saldo
Keseimbangan dan koordinasi manfaat dari inline skating. Skating membutuhkan kelincahan dan kemampuan untuk menyeimbangkan pada kaki tunggal, gerakan maju memerlukan skaters untuk mengembangkan koordinasi bahkan lebih. Skating juga meningkatkan fleksibilitas sendi dan kekuatan, yang pada gilirannya stabil gerak, sehingga lebih mudah untuk bekerja keluar.
 

QIENAZONE Copyright © 2011 | Template design by QIENAZ | Powered by Syauqinaa Sabiilaa