Welcome to QIENAZONE. Thank you for visited my blogsite. Wish it will be useful for you guys. Leave a comment please ^^

Sabtu, 10 Desember 2011

Sejarah Ikatan Fisioterapi Indonesia

,
     Sebagai perkumpulan persatuan dari suatu profesi fisioterapi pada waktu itu dibentuklah suatu wadah atau organisasi untuk profesi Fisioterapi pada tahun 1961 yang bernama HAFI - Himpunan Asisten Fisioterapi Indonesia, yang bertujuan untuk memperkenalkan profesi yang baru ini kepada saudara-saudara kita yang bekerja dalam bidang kesehatan lainnyadan masyarakat luas.
Keadaan pada waktu itu lulusan Fisioterapi langsung mendapatkan ikatan dinas dan ditempatkan, (sesuai dengan ketentuan Departemen Kesehatan). 
     Atas dukungan  Bpk. Prof. Dr. Suharso (Supervisor RC pada masa itu), kawan-kawan Fisioterapi bergerak untuk segera membentuk organisasi Fisioterapi yang bertujuan agar profesi Fisioterapi selain bekerja dalam membantu pemulihan kesehatan pasien yang non infectious, fractur, dislokasi dan degenerative deases juga agar Profesi Fisioterapi di Indonesia dapat setaraf dengan Fisioterapis dari luar negri terutama dari Negara Persemakmuran, Eropa dan Amerika Serikat. Organisasi ini disebut IKAFI.
     Pengurus IKAFI yang pertama (1968 - 1970) adalah Ketua Umum - Albert Siahaan, MNZSP, Sekretaris Jenderal - Boedoyo,SMPh. Pada periode ini sudah terbentuk DCAFI (cabang) untuk wilayah : Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Semarang. Dan IKAFI pun diterima sebagai Temporary Member of WCPT (London).
    Pada tahun 1970 Ketua Umum IKAFI diundang ke Amsterdam untuk mengikuti kongres WCPT. Kemudian diadakan Kongres pertama IKAFI yang diadakan di Jakarta. Dengan kekuatan bersama dari semua Panitia dan Anggota serta Sponsor yang mendukung, Kongres pertama pun sukses digelar. Dalam Kongres I yang dibuka atas nama MenKes tersebut berhasil dibuat pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Program Jangka Pendek dan Jangka Panjang IKAFI. Dibentuk pula kepengurusan pusat IKAFI untuk periode berikutnya (1970 - 1974), dimana Bpk. Albert Siahaan dan Bpk. Boedoyo kembali terpilih masing-masing sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal IKAFI.
     Pada tahun 1974 Ketum IKAFI berangkat ke Montreal untuk menghadiri kongres WCPT dimana pada saat itu IKAFI masih distatuskan sebagai anggota sementara WCPT. Lalu diselenggarakanlah Kongres ke II IKAFI di kota Bandung, dimana terpilih Bpk. Drs. Suhardi, SMPh sebagai Ketua Umumnya.
     Perubahan IKAFI menjadi IFI bermula semenjak kepengurusan pusat, aktif bergerak di konsorsium kesehatan (CHS) yang dipimpin oleh Bpk. Prof. Dr. Ma'rifin Husin, MSc. Dimana beliau pada saat itu menganjurkan agar IKAFI berubah singkatan menjadi IFI, seperti IDI dan IBI. Pada akhirnya, nama organisasi Fisioterapi pun berubah dari IKAFI menjadi IFI. Setelah sebelumnya disetujui dahulu melalui Kongres VII Makasar pada 1996.
     Dalam upaya pengembangan organisasi dan profesionalisme, Ikatan Fisioterapi Indonesia berupaya meningkatkan standar kompetensi anggota dengan berbagai kegiatan pendidkan, Ilmiah dan pengabdian masyarakat. Atas dukungan dari para pemangku kepentingan, Ikatan Fisioterapi Indonesia berusaha memberikan kemampuan terbaiknyaa untuk peningkatan derajat kesehatan dan produktivitas masyarakat luas.

Disarikan dari Majalah Fisioterapi Indonesia Vol. 6 No. 10 / Agustus 2006

Kamis, 08 Desember 2011

Logika (IF, AND, OR)

,
IF
IF digunakan jika data yang dimasukan mempunyai kondisi tertentu. Jika kondisi tersebut bernilai betul maka operasi dilaksanakan, tetapi jika kondisi bernilai salah maka operasi tidak dilaksanakan. Kemudian ciri dari fungsi IF ialah jika dalam soal ada keterangan JIKA Biasanya fungsi ini dibantu oleh operator relasi sebagai berikut.

Lambang
Fungsi
=
Sama dengan
< 
Lebih kecil dari
> 
Lebih besar dari
<=
Lebih kecil atau sama dengan
>=
Lebih besar atau sama dengan
<> 
Tidak sama dengan

Rumus: =IF(logical_test, value_if_true, value_if_false)

Contoh Soal:
-Jika Nilai A maka Excellent
-Jika Nilai B maka Memuaskan
-Jika Nilai C maka Cukup
-Jika Nilai D maka Kurang
-Selain dari itu maka Gagal

Jawaban:
=if(A1="A";"Excellent";if(A1="B";"Memuaskan";if(A1="C";"Cukup";if(A1="D";"Kurang";"Gagal")))

Cat: A1 = Sel..... bisa berubah tergantung anda menyimpan data pada sel mana.


AND
And digunakan apabila dalam suatu pernyataan atau soal ada keterangan DAN. Kemudian jika dalam soal ada fungsi AND, maka kondisi tersebut betul apabila kedua-duanya ada.

Rumus: =AND(Expresi Logika 1, Expresi logika 2)

Contoh soal penggabungan Fungsi IF dan And:
- Jika Jenis Monitor dan Merk GTC DIGITAL 14 Inc maka harga 1.140.000
- Jika Jenis Tape dan Merk Philips 14 Inc maka Harga 1.215.000
- Jika Selain merk diatas maka harga 800.000

Jawaban:
=if(and(A1="Monitor";B1="GTC Digital");1140000;if(and(A1="Tape";B2="Philips");1215000;800000))


OR
OR digunakan apabila dalam suatu pernyataan atau soal ada keterangan ATAU. Jika dalam soal ada fungsi OR, maka kondisi tersebut betul apabila salah satu dari kondisi itu ada. Tapi jika tidak ada satu kondisi–kondisi yang diinginkan maka pernyataan dinyatakan salah.

Rumus: =OR(Expresi Logika 1, Expresi logika 2)

Contoh soal penggabungan Fungsi IF dan Or:
- Jika Jenis Monitor atau Merk GTC DIGITAL 14 Inc maka harga 1.140.000
- Jika Jenis Tape atau Merk Philips 14 Inc maka Harga 1.215.000
- Jika Selain merk diatas maka harga 800.000

Jawaban:
=if(or(A1="Monitor";B1="GTC Digital");1140000;if(or(A1="Tape";B2="Philips");1215000;800000))




Sumber: http://mihecheery.blogspot.com/2009/12/fungsi-logina-if-and-or.html

Minggu, 04 Desember 2011

Terapi Behaviour (Terapi Perilaku)

,
 A.      Definisi Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori pembelajaran perilaku, yang selanjutnya didasarkan pada classical dan operant conditioning. Penilaian objektif berkelanjutan mengenai kemajuan pasien dibuat.

B.       Gambaran
Perilaku adalah respon yang timbul secara eksternal, dipengaruhi oleh stimulus lingkungan dan dapat dikontrol secara primer oleh konsekuensinya Perilaku dapat diamati, diukur, dan dicatat oleh diri sendiri maupun orang lain. Observasi yang bersifat subyektif dilakukan diri sendiri dan observasi yang bersifat obyektif dilakukan orang lain.

C.      Indikasi Terapi Perilaku
Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan (hipo) mania.



 PRINSIP-PRINSIP TERAPI PERILAKU

1.        Meningkatkan atau mempertahankan perilaku 2
Perilaku mungkin akan meningkat baik frekuensi, kompleksitas/lamanya dengan pemberian reinforcement. Reinforcement adalah suatu proses, dimana kejadian atau kondisi lingkungan yang menyertai perilaku dapat mempengaruhi perilaku yang timbul kemudian.

2.        Positif reinforcement
Meningkatnya frekuensi sebuah respon, dan respon tersebut diikuti oleh stimulus yg menyenangkan. Contohnya perilaku mengucapkan salam yang disambut dengan senyuman oleh orang yg dituju.

3.        Negative reinforcement
Meningkatnya frekuensi suatu respon, karena respon tersebut memindahkan beberapa stimulus yang negatif atau menyakitkan dan tidak menyenangkan. Stimulus yang tidak menyenangkan (konflik) akan meningkatkan respons menyibukkan diri.

4.        Menurunnya perilaku
Upaya meningkatkan perilaku dilakukan dengan pemberian punishment dan extinction
a.         Punishment : Konsekuensi-konsekuensi yang menghasilkan penekanan/penurunan frekuensi tingkah laku yang akan muncul :
                                  i.          Positive punishment : Menghadirkan stimulus bertentangan yang mengikuti suatu perilaku dengan tujuan menurunkan perilaku tersebut.
                                ii.          Negative punishment : Kejadian yang menggantikan/menurunkan suatu perilaku, ada 2 bentuk yaitu Respon Cost adalah kerugian yg mengikuti perilaku dan Time out adalah prosedur punishment dalam periode waktu tertentu dimana selama waktu tersebut pemberian reinforcement tidak sesuai.
b.         Extinction
Prosedur yang biasa digunakan oleh pemberi reinforcement untuk menghilangkan perilaku. Extinction berjalan lebih lambat dari pada reinforcement

5.        Desensitisasi Sistemik 3,4
Desensitisasi sistemik yang dikembangkan oleh Joseph Wolpe, didasarkn pada prinsip perilaku counterconditioning, disini seseorang menghadapi ansietas maladaptive yang dicetuskan oleh situasi atau suatu objek dengan mendekati situasi yang ditakuti secara bertahap dan didalam keadaan psikofisiologis yang menghambat ansietas. Didalam desensitisasi sistemik, pasien mendapatkan keadaan relaksasi seutuhnya dan kemudian dipajankan pada stimulus yang mencetuskan respon ansietas. Reaksi negative ansietas dihambat oleh keadaan relaksasi, suatu proses yang disebut inhibisi resiprokal. Bukannya menggunakan situasi atau objek sebenarnya yang mencetuskan rasa takut, pasien dan terapis menyiapkan daftar bertingkat suasana mencetuskan ansietas dan terkait dengan rasa takut pasien. Keadaan relaksasi yang dipelajari dan situasi pencetus ansietas secara sistematis dipasangkan didalam terapi. Dengan demikian, desensitisasi sitematik terdiri atas tiga langkah: pelatihan relaksasi, pembangunan hirarki dan desensitisasi stimulus.

6.        Pelatihan Relaksasi
Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan efek fisiologis ansietas: denyut jantung lambat, meningkatnya aliran darah keperifer, dan sensibilitas neuromuskular. Beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Sebagian besar metode menggunakan relaksasi progresi yang dikembangkan oleh psikiater Edmund Jacobson. Pasien merelaksasi kelompok otot utama dalam rangkaian tetap, dimulai dari kelompok otot kecil kaki terus kearah kepala atau sebaliknya. Beberapa klinisi memakai hipnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan latihan dengan menggunakan kaset untuk memungkinkan pasien berlatih relaksasi sendiri.  Mental imagery merupakan metode relaksasi dengan pasien diinstruksikan untuk membayangkan dirinya disuatu tempat yang terkait dengan kenangan yang menyenangkan dan membuat santai. Bayangan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi, seperti yang dinamakan oleh Herbert Benson, respon relaksasi.
Perubahan fisiologis yang berlangsung saat relaksasi adalah kebalikan dari perubahan yang dicetuskan oleh respon stress adrenergic yang merupakan bagian dari banyak emosi. Tegangan otot, frekuensi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, dan konduktansi kulit menurun. Suhu jari dan aliran darah ke jari biasanya meningkat. Relaksasi meningkatkan variabilitas denyut jantung respirasi, suatu indeks tonus parasimpatis.

7.        Pembangunan Hirarki
Ketika membangun hirarki, klinisi mennetukan semua keadaan yang mencetuskan ansietas, kemudian pasien menciptakan daftar hirarki 10 hingga 12 situasi dalam urutan meningkatnya ansietas. Contohnya, hirarki akrofobik dapat dimulai dengan pasien membayangkan berdiri didekat jendela dilantai kedua dan diakhiri dengan berada di atap gedung 20 tingkat, bersandar dipembatas dan melihat ke bawah.

8.        Desensitisasi Stimulus
Pada langkah terakhir, yang disebut desensitisasi, pasien melanjutkan daftar secara sistematik dari situasi yang kurang mencetuskan ansietas hingga yang paling mencetuskan ansietas saat berada dalam keadaan relaksasi dalam. Kecepatan perkembangan pasien melalui daftar tersebut ditentukan oleh respons mereka terhadap stimulus. Ketika pasien dapat membayangkan dengan jelas situasi pada hirarki yang paling mencetuskan ansietas dengan tenang, mereka akan mengalami sedikit ansietas di dalam situasi kehidupan sebenarnya yang sama.

9.        Pemajanan Bertingkat Terapeutik 3
Pemajanan bertingkat terapeutik serupa dengan desensitisasi sistematik kecuali bahwa pelatihan relaksasi tidak dilibatkan dan terapi biasa dilakukan didalam konteks kehidupan sebenarnya. Hal ini berarti bahwa individu tersebut harus berkontak dengan stimulus peringatan untuk pertama kali belajar bahwa tidak ada akibat berbahaya yang akan terjadi. Pajanan ditingkatkan sesuai hirarki. Contohnya, pasien yang takut pada kucing, dapat meningkat dari melihat gambar kucing hingga menggendong kucing.

10.    Flooding 3
Flooding serupa dengan pemajanan bertingkat yaitu bahwa flooding memajankan pasien pada objek yang ditakuti in vivo; meski demikian, tidak ada hirarki. Flooding didasarkan pada dasar pemikiran bahwa melarikan diri dari pengalaman yang mencetuskan ansietas mendorong ansietas melalui pembelajaran. Dengan demikian, klinisi dapat mengakhiri ansietas dan mencegah perilaku menghindar yang dipelajari dengan tidak memungkinkan pasien lari dari situasi tersebut. Keberhasilan prosedur ini bergantung pada pertahanan pasien didalam situasi yang menimbulkan takut sampai mereka menjadi tenang dan merasakan sensasi penguasaan. Menarik diri secara dini dari situasi atau secara dini mengakhiri situasi yang dibayangkan adalah sebanding dengan pelarian diri, yang kemungkinan mendorong ansietas yang dipelajari serta perilaku menghindar dan menghasilkan efek berlawanan yang diinginkan. Di dalam suatu varian, yang disebut imaginal flooding, objek atau situasi yang ditakuti dihadapkan hanya didalam imajinasi bukannnya dikehiupan nyata.

11.    Assertivenes Training 3
Untuk menjadi asertif seseorang perlu memiliki kepercayaan diri di dalam penilaiannya dan harga diri yang cukup untuk mengekspresikan pendapat mereka. Pelatihan dan keterampilan social dan keasertifan mengajari seseorang cara merespons dengan sesuai dilingkungan social, mengekspresikan pendapat mereka  dengan cara yang dapat diterima, dan memperoleh tujuan mereka. Berbagai teknik, termasuk role model, desensitisasi, dan dorongan positif, digunakan untuk meningkatkan keasertifan.

12.    Terapi Aversi
Ketika stimulus berbahaya (hukuman) muncul segera setelah suatu respons perilaku tertentu, secara teoritis, respon ini akhirnya dihambat dan diakhiri. Banyak stimulus berbahaya yang digunakan: kejutan listrik, zat yang mencetuskan muntah, hukuman fisik, dan ketidaksetujuan sosial. Stimulus negatif dipasangkan dengan perilaku, yang kemudian disupresi. Perilaku tidak diinginkan dapat menghilang setelah rangkaian tersebut. Terapi aversi telah digunakan untuk penyalahgunaan alcohol, parafilia, dan perilaku lain dengan cirri impulsif dan kompulsif.

13.    Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (Eye Movement Desensitization and Reprocessing; EMDR) 3
Gerakan mata sakadik adalah osilasi cepat mata yang terjadi ketika seseorang mengikuti objek yang bergerak maju-mundur di dalam garis penglihatan. Jika gerakan ini dicetuskan ketika seseorang sedang membayangkan atau berpikir mengenai peristiwa yang ditimbulkan ansietas, beberapa studi menunjukkan bahwa pikiran atau bayangan positif dapat dicetuskan dan menyebabkan penurunan ansietas. EMDR telah digunakan pada gangguan stress, pascatrauma dan fobia.

14.    Dialectical Behavior Therapy (DBT) 3
DBT telah berhasil digunakan pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan perilaku parasuicidal. Terapi ini bersifat selektif, dan mengambil metode dari terapi suportif, kognitif dan perilaku. Fungsi DBT adalah :
a.         Meningkatkan dan memperluas daftar pola perilaku terlatih pasien
b.         Meningkatkan matovasi pasien untuk berubah dengan mengurangi dorongan pada perilaku maladaptif, termasuk disfungsi (kognisi dan emosi)
c.         Meyakinkan bahwa pola perilaku baru dikembangkan dari lingkungan terapeutik ke lingkungan alami
d.        Membuat struktur lingkungan sedemikian rupa sehinggaperilaku efektif bukannya perilaku disfungsi yang didorong
e.         Meningkatkan motivasi dan kemampuan terapis sehingga diperoleh terapi efektif.

15.     Terapi Kognitif-Perilaku (Cognitive Behavioural Therapy) 4,5,6
Terapi kognitif-perilaku (sering disingkat CBT) menampilkan usaha yang relatif baru untuk mengawinkan aspek terapi perilaku yang berguna dengan terapi kognitif dan memiliki tujuan utama membantu pasien mendapatkan perubahan yang mereka harapkan dalam kehidupannya. Asumsi dasar yang melatarbelakangi terapi-kognitif perilaku meliputi:
a.         Respons pasien lebih berdasarkan kepada interpretasi ketimbang pada realitasnya.
b.         Pikiran, perilaku, dan emosi saling terkait
c.         Tindakan terapeutik perlu diklarifikasi dan diubah menurut pikiran pasien
d.        Manfaat perubahan proses kognitif dan perilaku pasien lebih besar daripada manfaat perubahan salah satunya saja.


APLIKASI TEORITIS

A.      Penerapan Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa masalah, diantaranya :
1.         Menurunkan tingkah laku merusak diri
2.         Merubah tingkah laku yang tidk diharapkan
3.         Melatih orang tua, guru, sukarelawan dan perawat agar lebih efisien dalam menjalankan perannya
4.         Mengurangi tingkah laku maladaptif yag khusus seperti kurangnya kebersihan diri dll
5.         Kontrol perilaku

B.       Strategi Modifikasi Perilaku
Sebelum memulai program, perawat harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.         Pengkajian, mengumpulkan dan menetapkan masalah :  Data tentang perilaku klien (adaptif/maladaptif), mengerti tentang arti dan maksud dari perilaku yang klien tampilkan
2.         Rencana intervensi:
a.    Menetapkan tujuan/tingkah laku yang diinginkan dan gambaran hasil-hasil perilaku/kriteria
b.    Menentukan langkah awal untuk mencapai tujuan
3.         Menganalisa faktor pendukung yang ada dan orang-orang yg terlibat dalam terapi tersebut.
4.         Menetapkan konsekuensi sebagai reward/punishment yang disetujui bersama klien. Jenis konsekuensi diantaranya :
a.    Reward materi : uang, makanan
b.    Reward pengganti/surogate reward  : puji-pujian
c.    Reward sosial  : dukungan di dalam group
d.   Reward tingkah laku : kesempatan melakukan aktifitas
Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini. Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu:
1.    Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu. Misalnya seorang anak yang tidak berprestasi disekolah dan nakal dikelas, hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain oleh seorang guru yang lain.
2.    Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau dimodifikasi. Misalnya seorang anak dapat diajar untuk melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi.
3.    Akibatnya suatu  perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku tersebut dapat dimodifikasi. Misalnya ia dihukum bila ia mengganggu orang lain, dengan demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif.

Minggu, 16 Oktober 2011

Cerebral Palsy (CP)

,
    Salah satu cabang Fisioterapi adalah Fisioterapi Pediatri atau Fisioterapi Anak. Cabang ini mempelajari permasalahan-permasalahan anak baik fisik maupun psikis. Diantara permasalahan-permasalahan tersebut salah satunya adalah Cerebral Palsy atau yang biasa disebut CP. Mari kita pelajari lebih lanjut.. ^^

Apakah cerebral palsy itu?
Cerebral palsy berasal dari kata Cerebrum yang berarti otak dan palsy yang berarti kekakuan. Menurut Viola E. Cardwell, cerebral palsy adalah kekakuan yang disebabkan karena sebab-sebab yang terletak di dalam otak. American Academy of Cerebral Palsy (AACP) dalam Viola E.Cardwell menyatakan bahwa cerebral palsy  adalah berbagai perubahan yang abnormal pada organ gerak atau fungsi motor sebagai akibat dari adanya kerusakan/cacat.
Winthrop Phelp (Muslim, 1994) menjelaskan cerebral palsy sebagai suatu kelainan pada organ gerak tubuh yang ada hubungannya dengan kerusakan di otak yang bersifat menetap. Menurut Soeharso (1982), cerebral palsy merupakan suatu cacat yang sifatnya gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan dari fungsi otot dan urat syaraf (neuromuscular disorder) dan disebabkan oleh karena sebab-sebab yang terletak di dalam otak.
Ahli lain memaparkan bahwa Cerebral palsy merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kelompok kondisi yang kronis yang berdampak pada pergerakan tubuh dan koordinasi otot, terjadi karena kerusakan pada satu atau lebih area khusus dalam otak. Cerebral menunjukkan otak dan palsy menunjukkan gangguan pergerakan atau postur tubuh.
Cerebral palsy tidak berkembang secara progressive atau tidak dapat dikomunikasikan. Cerebral palsy juga tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan pendidikan, terapi dan penggunaan teknologi dapat membantu seorang cerebral palsy mempunyai kehidupan yang produktif. Cerebral palsy bukanlah suatu penyakit. Seorang anak yang mengalami cerebral palsy akan memilikinya sepanjang hidupnya.

Mengapa terjadi?
Menurut Assjari (1995), penyebab terjadinya cerebral palsy dapat dilihat dari sudut pandang kapan terjadinya, yaitu pada saat prenatal, natal dan postnatal.  Kerusakan pada otak saat prenatal terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1.   Ibu menderita infeksi atau penyakit saat mengandung, sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya. Misalnya infeksi sypilis, rubella, typhus abdominalis.
2.   Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggu, tali pusat tertekan sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf dalam otak.
3.   Bayi dalam kandungan terkena radiasi, dimana radiasi langsung dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga  struktur dan fungsi terganggu.
4.   Rh bayi tidak sama dengan ibunya, dimana Rh (resus) ibu dengan bayi harus sama agar proses metabolism berfungsi normal. Jika berbeda, maka mengakibatkan adanya penolakan yang  menyebabkan kelainan metabolisme ibu-bayi.
5.   Ibu mengalami trauma (kecelakaan/benturan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat.

Kerusakan pada otak terjadi saat bayi dilahirkan. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1.   Proses kelahiran terlalu lama sehingga bayi kekurangan oksigen, dimana apabila kekurangan oksigen terjadi dapat menyebabkan terganggunya system metabolism dalam otak bayi dan mengakibatkan jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
2.   Kelahiran dipaksa dengan menggunakan tang (forcep), dimana tekanan yang cukup kuat pada kepala bayi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan syaraf otak.
3.   Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan, yang diberikan pada saat ibu dioperasi dapat mempengaruhi system persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.
4.   Bayi lahir sebelum waktunya (premature), dimana secara organis tubuhnya belum matang sehingga fisiologisnya mengalami kelainan dan rentannya bayi dalam terkena infeksi atau penyakit yang dapat merusak system persyarafan pusat bayi.

Kerusakan pada otak saat postnatal terjadi pada masa mulai bayi dilahirkan sampai anak berusia 5 tahun. Usia 5 tahun dijadikan patokan karena perkembangan otak dianggap telah selesai. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1.   Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi, misalnya pukulan atau benturan pada kepala yang cukup keras.
2.   Infeksi penyakit yang menyerang otak, misalnya terinfeksi penyakit meningitis, encephalitis, influenza yang akut.
3.   Penyakit typoid atau diphteri yang memungkinkan dapat mengakibatkan  kekurangan oksigen (anoxia).
4.   Keracunan karbonmonoksida.
5.   Tercekik
6.   Tumor otak

Klasifikasi cerebral palsy
Klasifikasi cerebral palsy dapat dilihat dari jumlah anggota badan yang berkelainan dan letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik).
1.   Ditinjau dari jumlah anggota badan yang berkelainan
a.   Satu anggota gerak  (monoplegia) terjadi pada satu anggota gerak saja, misalnya salah satu tangan, salah satu kaki, tangan kanan atau kiri, kaki kanan atau kiri.
b.   Dua anggota gerak:
             i.       Diplegia, terjadi pada kedua tangan atau terjadi pada kedua kaki (disebut juga: paraplegia);
            ii.       hemiplegia, kelumpuhan yang terjadi pada separuh anggota gerak secara vertical, misalnya satu tangan dan kaki pada sebelah kiri atau sebelah kanan
c.   Tiga anggota gerak (triplegia), terjadi pada dua tangan dan satu kaki atau dua kaki dan satu tangan.
d.   Empat anggota gerak (tetraplegia/quadriplegia), terjadi pada keempat anggota gerak.
2.   Ditinjau dari letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik)
3.   Bila ditinjau dari letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak cerebral palsy dibedakan atas:
a.   Spastik (spasticity), karakteristiknya adanya kekakuan, kejang  pada sebagian atau seluruh ototnya; kaku otot organ bicara seperti lidah, pita suara dan rahang bawah menyebabkan kelainan dalam bicara. Cerebral palsy spastic ini letak kelainannya terjadi di tractus pyramidalis (cerebral cortex).
b.   Dyskenisia, ditandai dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak dalam diri individu CP, terbagi lagi menjadi:
                 i.   Athetosis, yaitu gerakan-gerakan yang tidak terkontrol (unvoluntary movement) yang terjadi sewaktu-waktu. Letak kelainannya terjadi di basal ganglion.
                ii.   Rigid, yaitu kekakuan pada seluruh anggota gerak, tangan dan kaki sulit dibengkokan dan hiperektensi pada leher dan punggung. Cerebral palsy rigid ini terjadi karena adanya pendarahan di dalam otak, adanya luka sistem ekstrapiramidalis atau extrapyramidalis system (sistem yang berbentuk piramid pada bagian luar dari otak).
               iii.   Hipotonia/atonia, yaitu tidak adanya ketegangan otot, tidak mampu merespon rangsangan yang diberikan.
               iv.   Tremor, yaitu adanya getaran-getaran kecil (ritmis) yang terus menerus pada mata, tangan, atau pada kepala, letak kelainan terjadi di ganglia basal
c.   Ataxia, yaitu anak cerebal palsy yang mengalami gangguan keseimbangan, tidak adanya koordinasi dan hipotania. Letak kelainannya di otak kecil (cerebellum).
d.   Campuran, yaitu gangguan gerak campuran, misal: rigid dan spastic.

Karakteristik anak cerebral palsy
Karakteristik anak cerebral palsy secara umum sebagai berikut:
1.   Motorik, mengalami gangguan dalam gerak, berpindah tempat, dan berjalan.
2.   Sensoris, mengalami gangguan penyerta seperti penglihatan, pendengaran, kemampuan kesan gerak dan raba (taktil-kinestetik).
3.   Kecerdasan, berentang mulai paling dasar sampai gifted; 45% keterbelakangan mental, 35% normal dan di atas rata-rata, sisanya sedikit di bawah rata-rata.
4.   Persepsi, mengalami gangguan dalam persepsi dimana tahapan persepsi: stimulus–indera–syaraf sensoris–otak (menerima, menafsirkan, menganalisis)–persepsi.
5.   Kognisi, yaitu interaksi dinamis individu dengan lingkungan  melalui persepsi dengan menggunakan media sensoris (indera), dimana proses kognisi: memperoleh, menyimpan, menganalisis, dan mengaplikasikan yang telah diperoleh. Hal ini berhubungan dengan otak.
6.   Berbicara, mengalami gangguan dalam berbicara dimana dalam berbicara berhubungan dengan otot-otot bicara, proses interaksi dengan lingkungan.
7.   Simbolisasi, merupakan bentuk tertinggi dari kemampuan mental dan memerlukan konsentrasi secara abstrak, dimana ada proses menerima dan menyampaikan, hal ini berhubungan dengan sensoris penglihatan dan pendengaran.
8.   Emosi dan penyesuaian sosial, dimana respon dan sikap masyarakat/lingkungan sekitar mempengaruhi pembentukan pribadi anak CP secara umum, dan khususnya yang berkaitan dengan konsep dirinya

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan sebagai berikut:
1.   Pemeriksaan mata dan pandengaran.
2.   EEG : pada pendenita yang memperlihatkan gejala motorik, seperti tetraparesis, hemiparesis, atau karena sering disertai kejang.
3.   USG kepala atau CT Scan untuk mencari etiologi.
4.   Pemeriksaan psikologi untuk menilai tingkat pendidikan yang dibutuhkan

Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu atau keluarga antara lain:
1.   Sebelum mengandung, ibu harus menjaga kondisi tubuh dan mengelola gangguan kesehatan dengan baik.
2.   Saat ibu mengandung, ibu melakukan kontrol rutin dan melakukan perawatan kesehatan dengan baik sesuai dengan anjuran dokter kandungan.
3.   Mengontrol diabetes, anemia, hypertension, seizures, and nutritional deficiencies selama mengandung dapat mencegah beberapa kelahiran prematur  yang dalam beberapa kasus dapat mengakibatkan CP.
4.   Setelah bayi dilahirkan, orang tua mengurangi resiko untuk kerusakan otak seperti tidak menggoncang-goncangkan bayi dan menjaga keamanan bayi saat dalam kendaraan.
5.   Selalu peduli/waspada dengan keadaan di rumah.
6.   Memberikan imunisasi tepat waktu untuk melawan infeksi yang serius

Kapan bisa didiagnosa?
1.   Sejak masih bayi (infant) yang diketahui beresiko CP karena kelahiran prematur atau gangguan kesehatan lainnya. Dokter (pediatri/spesialis dan perkembangan anak dan dokter syaraf mengikuti perkembangan anak sejak lahir sehingga mereka dapat mengetahui dan memberikan masukan jika ada perlambatan perkembangan atau masalah dengan fungsi otot yang mengindikasi CP.
2.   Jika bayi tidak membawa faktor resiko CP, sulit diketahui pada satu tahun pertama. Dokter mengindiksi apabila mereka melihat adanya kelambatan dalam tahapan perkembangan.
3.   Gerak otot yang abnormal, gerak koordinasi yang lemah/kurang dan gerak reflek bayi yang seharusnya hilang tetap ada bisa menjadi tanda. Jika tahap perkembangan hanya sedikit terlambat, diagnosis dibuat sampai  anak toddler (usia anak awal kurang lebih usia 3-4 tahun)

Treatment untuk Cerebral Palsy
Treatment atau penanganan yang dapat dilakukan untuk anak cerebral palsy diantaranya adalah:
1.      Berbagai macam terapi dapat membantu anak CP untuk memaksimalkan perkembangan kemampuan dan perkembangan. Sejak didiagnosa CP, seorang anak dapat mulai terapi untuk pergerakan, belajar, bicara, mendengar, dan perkembangan sosial emosi.
2.      Obat-obatan, bedah dan braces dapat memperbaiki fungsi otot
3.      Tim yang profesional akan bekerjasama untuk mengetahui kebutuhan medis anak, seperti terapis, psikolog, pendidik, perawat, pekerja sosial.
4.      Mempunyai banyak sumber yang dapat membantu dan menguatkan orang tua dalam menjaga anak mereka.
5.      Obat-obatan tergantung pada gejala-gejala yang muncul.
6.      Fisioterapi dini dan intensif.
7.      Psikolog atau psikiater.
8.      Pendidikan sesuai tingkat kecerdasan.
9.      Occupational therapy.
10.   Speech therapy


Sumber :
http://www.tkplb.org/index.php?option=com_content&view=article&id=141:cerebral-palsy cp&catid=35:news-tkplb
 

QIENAZONE Copyright © 2011 | Template design by QIENAZ | Powered by Syauqinaa Sabiilaa