Welcome to QIENAZONE. Thank you for visited my blogsite. Wish it will be useful for you guys. Leave a comment please ^^

Kamis, 24 Mei 2012

Kelainan/Gangguan Sistem Pencernaan "Diare"

,
   Diare merupakan masalah yang serin terjadi pada bayi dan anak-anak, bahkan ini menjadi salah satu penyebab terbesar kematian bayi dan anak-anak lantaran diare mengakibatkan dehidrasi hebat apabila tidak ditangani dengan benar dan cepat. Hal ini juga cukup menyulitkan lantaran masyarakat awam belum mengetahui secara mendalam pengetahuan mengenai penyakit ini.
   Berikut ini akan saya jelaskan secara terperinci mengenai penyebab, gejala, pengobatan, serta pencegahan penyakit diare seperti yang ditulis dalam medicastore.com. Semoga bermanfaat dan membantu Anda yang tengah membutuhkan informasi ini ^^


A.   Pengertian
Beberapa pengertian diare:
1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
2. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
3. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

B.   Penyebab Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
4. Pemanis buatan
Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.


Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.

C.   Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan
5. Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.

Klasifikasi Dehidrasi
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang, atau berat.
1. Dehidrasi Ringan
Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak lesu, haus, dan agak rewel.
2. Dehidrasi Sedang
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:
- Gelisah, cengeng
- Kehausan
- Mata cekung
- Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula.

3. Dehidrasi berat
Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:
- Berak cair terus-menerus
- Muntah terus-menerus
- Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
- Tidak bisa minum, tidak mau makan
- Mata cekung, bibir kering dan biru
- Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
- Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6 popok/hari.
- Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

D.  Pengobatan Diare yang Tepat
Tidak selamanya diare itu buruk. Sebenarnya diare adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Racun yang dihasilkan oleh virus, bakteri, parasit dan sebagainya akan dibuang keluar bersama dengan tinja yang encer.
Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting adalah penyebab kematian pada penderita diare. Kondisi yang disebut dehidrasi ini berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan kematian.
Sebagian besar diare akut (diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya dengan pemberian cairan dan meneruskan pemberian makanan saja. Oleh sebab itu, inti dari pengobatan diare adalah memberikan cairan untuk menghindari terjadi dehidrasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare. Seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.
Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.

Penggolongan Obat Diare
- Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1.  Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2.  Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
3.  Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
4.  Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
- Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
- Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.

E.   Pencegahan Diare
Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease). Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa. Dua pembunuh terbesar anak-anak balita (bawah lima tahun) adalah diare dan radang paru-paru.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
1. Pemakaian botol susu yang tidak bersih
2. Menggunakan sumber air yang tercemar
3. Buang air besar disembarang tempat
4. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.
Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan diare. Mulai dari kebersihan alat makan sampai kebersihan setelah buang air kecil/buang air besar. Semua yang dapat mengenai tangan atau langsung masuk ke dalam mulut harus diwaspadai.
Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan sabun, jika diterapkan secara luas, akan menyelamatkan lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, khususnya balita.
Tak kalah penting adalah pemberian ASI minimal 6 bulan. Sebab, di dalam ASI terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin. Makanya, anak-anak yang minum ASI eksklusif jarang menderita diare. Selain ASI, imunisasi campak ternyata bisa mencegah diare.
Penyebab utama diare pada orang dewasa adalah bakteri yang mengkontaminasi makan dan minuman, sehingga mencegah diare pada orang dewasa adalah dengan memperhatikan kebersihan makanan dan minuman. Jadi pilihlah makanan yang tetap dalam keadaan baik

Suntikan Vaksin Rotavirus
Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000 orang per tahun. Kematian anak karena diare 50.400 orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di antaranya akibat rotavirus. Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare dari rotavirus.
Rotavirus ditemukan pertama kali oleh Ruth Bishop (Australia) tahun 1973. Di Indonesia rotavirus ditemukan pada 1976. Rotavirus kemungkinan masuk ke tubuh manusia bukan hanya lewat oral tapi juga melalui saluran pernafasan.
Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut). Sayangnya di Indonesia, vaksin rotavirus ini belum ada. Namun karena rotavirus generasi awal itu strainnya sama dengan yang di dunia, G1, G2, G3, dan G4, maka vaksin yang sudah ada di negara lain bisa digunakan.

Minggu, 13 Mei 2012

PEMERIKSAAN URINE

,
Periksaan pada urine meliputi :
1. Pemeriksaan fisik urine :jumlah, Ph, warna, bau, dan kekeruhan.
2. Pemeriksaan kimia urine :protein, glukosa, ketonbodies, bilirubin, urobilin.
3. Pemeriksaan mikrokopis :pemeriksaan sedimen urine.
4. Pemeriksaan bakteriologi :kultur, kepekaan antibiotic.

PEMERIKSAAN FISIK URINE
1.JUMLAH/ VOLUME URINE
Pada keadaan normal volume urine selama 24 jam adalah : 600-1600 ml.
Dikatakan OLIGOURI bila volume mencapai :100-600 ml/24 jam.
Dikatakan ANURI, bila volume mencapai kurang atau sama dengan 100ml/ 24 jam.
Besarny volume urine seseorang amat tergantung pada :
Ø  Intake cairan : makan/minum.
Ø  Kehilangan cairan : keringat.
Ø  Suhu badan.
Ø  Suhu sekitarnya.
Penyebab terjadinya oligouri adalah :
I.FAKTOR RENAL:
1. Akut tubulair nekrosis.
2. Akut glomerula nekrosis.
II.FAKTOR NON RENAL.
1. Penurunan intake cairan.
2. Peningkatan kehilangan cairan.
Penyebab terjadinya POLIURI.:(produksi urine> 2500 ml/24 jam).
1.Kronik Renal Dieses.
2.Diabetes Insipidus.
3.Polydipsi.
4.Obat diuretika.
Dalam keadaan normal , volume urine pada siang hari > malam hari. Volume urine malam hari dapat > siang hari pada keadaan :
1.Glomerulo Tubulair Dieses yang berat.
2.Gangguan pada absorbs usus.
3.ADISON DISEASES.

2.DERAJAD KEASAMAN URINE (PH)
Dalam keadaan normal, PH urine berkisar antara : 4,6-8,0 dengan rata-rata : 6,5. Jadi urine berada dalam keadaan sedikit asam pada keadaan NORMAL.
Untuk pemeriksaan derajad keasaman urine ini harus dipakai urne yang segar (baru).
Karena urine yang telah lama derajad keasamannya akan berubah menjadi alkalis.
Pada urine yang telah dikeluarkan dari tubuh, maka ammonium yang terkandung didalamnya akan diubah oleh bakteri dalam urine menjadi amoniak yang bersifat alkalis.
Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi asam adalah :
Ø  Acidosis.
Ø  Kelaparan.
Ø  Diarrhea.
Ø  Diabetes Mullitus.
Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi alkalis adalah :
Ø  Alkalosis.
Ø  Muntah-muntah yang hebat.
Ø  Infeksi saluran kencing (UTK).
Pemeriksaan derajad keasaman urine ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
1.Kertas lakmus.
2.PH meter.

3.PERIKSAAN JENIS URINE
Normal : 1,003-1,030, rata-rata 1,020.
Berat jenis urine tertinggi terdapat pada urine pertama pagi hari, sedangkan berat jenis terendah terdapat dalam urine yang dihasilkan 1 jam setelah intake cairan yang cukup banyak. Berat jenis ini memberikan gambaran tentang fungsi dari tubulus.
ISOSTHENURI : Suatu keadaan dimana berat jenis urine seseorang selalu tetap 1,010 sepanjang hari, yaitu sama dengan berat jenis protein free plasma. Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit ginjal yang kronis dan berat.
Tehnik pemeriksaan fungsi urine :
1.Dengan memakai alat UROMETER atau URINOMETER.
2.Dengan menggunakan metode CARIK CELUP.

4.WARNA URINE
Normal :urine berwarna kuning muda hingga tua.
Perubahan warna urine dapat terjadi karena :
1.KEADAAN NON PATHOLOGIS :
Biasanya disebabkan oleh makanan / obat-obatan :
-MERAH :wortel, phenophtalin, selenium.
-KUNING :Karoten, Xantonin.
-HIJAU :Acriflavin.
-BIRU :Methylen blue.
2.KEADAAN PATHOLOGIS :
Kuning coklat seperti teh: Bilirubun.
Merah coklat :Urobilin, Porphyrin.
Putih seperti susu :Pus, Fat.
Coklat kehitaman : Melamin.
Merah berkabut coklat :Darah.

5.BAU URINE
Pada urine yang segar / baru biasanya tidak berbau keras / menyengat, tetapi pada urine yang telah lama dikeluarkan dari tubuh, uranium yang terkandung didalamnya akan di ubah menjadi amoniak oleh bakteri yang ada dalam urine, sehingga menimbulkan bau yang keras/ menyengat.
Dalam keadaan pathologis urine dapat berbau :
·MANIS : Biasanya disebabkan oleh adanya Acetone, misalnya pada koma diabetic.
·BUSUK : Biasanya disebabkan oleh adanya infeksi, misalnya pada cystitis.

6.KEKERUHAN URINE
Dalam keadaan normal, urine yang baru berwana jernih.
Kekeruhan dapat terjadi oleh karena :
-Phosphate : Biasanya berwarna putih, dan akan hilang bila di tetesi asam.
-Urat Amorph : Biasanya berwarna kuning coklat dan didapatkan pada urine yang asam, dan bila dipanaskan akan menghilang.
-Nanah / Pus : Biasanya berwarna putih keruh seperti susu, tetapi bila di saring akan kembali jernih. Bila kekeruhan di sebabkan oleh kuman, maka bila di saring urine akan tetep keruh.

PEMERIKSAAN KIMIA URINE
1.PROTEIN
Penyebab dari proteinun  (adanya protein dalam urine) adalah :
I.Faktor Pre Glomerulus :
Bila di dapatkan peningkatan kadar protein dengan berat. Molekul < albumin misalnya :Hb, Benceb Jones protein.
II.Faktor Glomerulus :
Perubahan pada pori glomerulus.
Peningkatan permeabilitas protein.
Kebocoran kapile –NEPHROTIK SYNDROME
Proliferasi endotel-GLOMERULONEPHRITIS
Kerusakan pediele-IDIOPHATIK NEPHROSIS
111.Faktor Tubulus :
Gangguan reabsorbsi protein
Gangguan sel
Gangguan peredaran darah
Pada kelainan ginjal,hamper selalu disertai proteinuri ,tetapi proteinuri tidak selalu disebabkan oleh karena penyakit ginjal. Perubahan tekanan darah ,anemi,bendungan vena,dapat menyebabkan terjadinya proteinuri.

Derajat proteinuri:
BERAT:bila proteinuri>4 gram protein/hari
-Nepharotik Syndrome
-Glomerulo Nephorotik Akut dan Kronis
-Lupus Nephritis
SEDANG:bila proteionuri 0,5- 4 gram protein/hari
-Kebanyakan penyakit ginjal
-Nephrosklerosis Pyelonepharitis
-Preelampsi
RINGAN:bila proteinuri<0.5 gram protein/ hari
-Pyelonephritis kronis
-Polyeystik kidney
-Orthostastik proteinuri

2.GLUKOSA
Dalam keadaan normal urine mengandung 100-200 mg/24 jam bahan reduktor .
Termasuk dalam bahan reduktor adalah:
1.GLUKOSA ,GALAKTOSA ,FRUKTOSA ,LAKTOSA .
2,ASCORBICACID ,KREATININ ,URIC ACID
3.Obat obatan:SALISILAT, AMIDOPHYLLIN, CHLORALHIDRAT, PARALDHEDIT
Glukosa (adanya glukosa didalam urine) dapat terjadi bila:
#Jumlah glukosa yang difiltrasi glomerlus>reabsorbsi tubalus
#Reabsorbsi tubulus menurun
Bila terjadi kerusakan glomerulus ,maka reabsorbsi tubulus akan ditingkatkan sehinnga tterjadi glikosuri.
Glikosuri dapat terjadi pada keadaan :
-Diabetes mellitus
-Allimentary glkkosuri (banyak maka gula)                           
-Renal glikosuri (banyak makan gula).
-Nephrotik syndrome.
-Trauma pada susunan syaraf pusat (SSP).
-Pemberian glukosa secara iv.
Untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dipakai test FEHLING.
-Biru.
+Hijau keruh.
++Hijau kuning.
+++Kuning merah.
++++Merah bata.

3.KETON BODIES
Keton bodies ini terdiri dari :beta hidroksi butyric acid, acctoacctic acid, dan acctone.
Terdapat keton bodies pada urine terjadi pada keadaan :
·Diabetes Mellitus yang tak terkontrol.
·Kelaparan.
·Dehidrasi dan muntah.
·Kerja keras.
·Udara yang dingin.
Apabila metabolism karbohidrat terganggu, maka terjadi pembakaran protein dan lemak sebagai penggantinya. Atom karbon (C) dari protein dan lemak inilah yang akan berubah menjadi keton bodies dan dikeluarkan melalui urine.

4.BILIRUBIN
Bila terdapat bilirubin didalam urine berarti ini berasal dari peningkatan conyugated bilirubun di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada :
#Obtruksi extra hepatic.
#Hepatitis.
#Kerusakan sel hepar.

5.UROBILIN
Berbeda dengan bilirubin diatas, maka dalam keadaan normal pun urobilin terdapat di dalam urine, tapi dalam jumlah yang terbatas, yaitu 4 mg /hari.
Setelah urine dikeluarkan dari tubuh kita, beberapa jam kemudian urobilinogen akan berubah menjadi urobilin oleh adanya cahaya.
Kadarnya di dalam urine akan meningkat pada :
#Hemolitik Sel Darah Merah.
#Parechym Renal Dieses.
#Obstruksi saluran empedu.

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE (MIKROSKOPIS)
Untuk pemeriksaan sediment urine ini diperlukan urine yang baru, kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan sekitar 2000rpm, selama 5 menit. Supernatanya dibuang dan disisakan dengan memakai kurang lebih 1 cm bagian bawahnya.
Ambil kira-kira satu tetes dari bagian endapan tersebut dan diteteskan pada sebuah obyek glass, kemudian tutup dengan civer glass dan diperiksa di bawah mikroskop dengan memakai pembesaran kecil terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembesaran yang lebih besar.
Maksud dilakukan sentikugrasi tersebut adalah agar sel-sel atau bentukan-bentukan yang ada dalam urine dapat mengendap dan mengumpul di bagian bawah.
Bentukan-bentukan yang ada pada sedimen urine biasanya berupa :
1.ORGANIS
·Cast / silinder /torak: hyaline, epithel, dan darah.
·Sel Epithel.
·Sel Lekosit.
·Yeast.
·Sperma.
·Bakteri.
·Parasit.
·Fibrin.
2.ANORGANIS
·Bahan Amorph :K, Na, Ca, Mg, dsb.
·Kristal       :Oksalat, uric acid.

1.TORAK/CAST/SILINDER
Terbentuknya torak/cast/silinder ini berasal dari pengendapan protein atau pengumpulan bahan lain dalam saluran tubulus.
Torak ini berbentuk silinder oleh karena terjadinya didalam lumen tubulus.
Torak ini dibagi lagi berdasarkan komposisi dan asal menjadi :
1)Hyaline cast.
2)Epithel cast.
3)Blood cast.

1.Hyalin cast.
Bentukan ini terjadi karena endapan didalam lumen tubulus. Larutdidalam air, dan akan lebih mudah larut lagi bila urine bersifat alkalis.
Pada urine yang telah lama, uranium yang terkandung didalamnya akan diubah menjadi amoniak oleh adanya bakteri dalam urine tersebut, sehingga urine menjadi lebih alkalis dan hyaline ada akan larut dan tak tampak lagi. Jadi untuk melihat hyaline ini diperlukan urine yang baru.
Menurut isinya, hyaline ini dapat dibagi lagi menjadi:
·Simple hyaline cast, Hanya berisikan endapan.
·Hyaline cellulair cast, Berisi sel epithel, eritrosit, dan lekosit dengan batas sel yang masih jelas.
·Hyaline granulair cast, Bila sel-sel yang terkandung didalamnya rusakdan tinggal intinya saja yang berupa granulair cellulair debris.
·Hyaline fat cast, Mengandung butiran lemak. Biasanya terjadi pada degenerasi tubuh dengan lemak didalamnya.

2.Epithel cast
Bentukan ini tidak mengandung protein didalamnya, tetapi hanya berisikan sel-sel epithel yang lepas.
Semula batas sel epithel ini tampak jelas, dan ini disebut CELLUAIR CAST. Berikutnya sel menjadi rusak, dan batas sel menjadi tidak jelas, dan terbentuk granula yang kasar, dan ini disebut :CLOSELY GRANULAIR CAST. Berikutnya lagi, granula itu menjadi lebih halus dan disebut :FINELY GRANULAIR CAST.
Akhirnya granula itu menjadi homogeny dan ini disebut : WAXY CAST.
3.Blood cast
Terdapat 2 macam blood cast yaitu :
a.RBC CAST (Red Blood Cell Cast) :disini batas antar sel tampak jelas.
b.TRUE BLOOD CAST : disini batas sel tidak tampak jelas, sehingga tampak homogen dan berwarna merah.
Bentukan ini biasanya terjadi karena adanya keradangan pada glomerulus, yaitu pada keadaan :
· Glomeruloneprothis.
· Periarteritis.
· Toxic nephrosis.
· Ischema Syndrome.
Blood cast ini terdapat dalam dua macam bentuk yaitu :
·BROAD CAST: Bila bentukan terjadi pada tubulus yang lebar, yaitu sekitar ductus colligentes.
·NARROW CAST: Bila bentukan ini terjadi pada tubulus yang sempit.

II.SEL DARAH MERAH
Dalam keadaan normal terdapat 2-3 sel darah merah / lpb (lapangan pandang besar)
Bila terdapat banyak sel darah merah, maka hal ini disebut sebagai : HAEMATURI.
Biasanya hal ini disebabkan pada :
· Glomerulonephrotis.
· Trauma pada ginjal.
· Ceremoma kandung kencing (Ca Bladder).
· Infeksi kandung kencing.
· Penyakit kelainan darah.
· Hypertensi.
III.SEL EPITHEL
Pada urine yang masih baru / segar, kita dapat membedakan darimana epithel tersebut berasal :
·Bentuk sel epithel kuboid :biasanya berasal dari kandumg seni.
·Bentuk sel epithel silinder :biasanya berasal dari tubulus.
·Bentuk sel epithel Squamos:biasanya berasal dari vagina.
IV.SEL DARAH PUTIH
Dalam keadaan normal biasanya hanya terdapat 4-5 sel darah putih /lpb.
Peningkatan sel darah putih ini dapat terjadi pada :infeksi saluran kencing, atau pada pyelonerphritis.

V.OVAL FAT BODIES
Keberadaannya didalam urine biasanya bersama dengan Fatty Cast dan menunjukkan adanya kelainan pada tubulus.

Penilaian Hasil Pemeriksaan Urine

,
Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui tentang proses pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.
Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.

Faktor-Faktor Yang Turut Mempengaruhi Susunan Urin :
Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik.
Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain lain.
Pada tes kehamilan dianjurkan agar mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.

Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin - sewaktu, ialah urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin- sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi.
Urin pagi ialah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan.
Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.

Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal.

Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.

Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

Eritrosit atau leukosit
Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.

Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.

Kristal
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.

Epitel
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.
Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.

Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.

Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.

Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.

Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.

Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.

Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.
Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif.
Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.

dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta

Cermin Dunia Kedokteran No. 30
 

QIENAZONE Copyright © 2011 | Template design by QIENAZ | Powered by Syauqinaa Sabiilaa