a.
Pemeriksaan Fungsi Dasar
Pada Elbow Joint
Pada umumnya sebelum diadakan tes fungsi (pemeriksaan fungsi dasar), akan lebih baik apabila dilakukan tes orientasi gerak aktif yang berupa gerak fungsional dari sendi siku (misalnya : mengangkat, mendorong atau rnenekan suatu benda), Untuk mengetahui : koordinasi, pola nyeri dan ROM aktif, dan tes orientasi tadi akan didapatkan interpretasi global tentang lokalisasi/letak nyeri atau letak struktur yang berkelainan (cidera).
Pemeriksaan fungsi dasar sendi siku (elbow joint) - pada prinsipnya meliputi 10 gerakan. Dari gerakan tadi dapat kesimpulan dari interpretasi sementara tentang kemungkinan struktur yang cidera/kelainan dalam kaitannya dengan gerakan fungsi serta sifat dari kelainan itu sendiri.
Pemeriksaan fungsi dasar sendi siku (elbow joint) - pada prinsipnya meliputi 10 gerakan. Dari gerakan tadi dapat kesimpulan dari interpretasi sementara tentang kemungkinan struktur yang cidera/kelainan dalam kaitannya dengan gerakan fungsi serta sifat dari kelainan itu sendiri.
1.
Gerak flexi pasif.
Dalam gerak flexi pasif pemeriksa menekuk siku pasien dan flexor
shoulder pasien. Sifat gerakan akhir (end feel) : sangat lunak karena gerakan
ini dihambat oleh pertemuan antera kulit subcutan dan otot dari lengan bawah
dan lengan atas.
Informasi yang didapat dari gerakan ini : Jarak gerak sendi, rasa
nyeri dan sifat dari gerakan, stabilitas sendi, capsular pattern.
2.
Gerak ekstensi pasif.
Tehknik pelaksanaan adalah kebalikan dari gerak flexi siku. Posisi
sendi siku dari pasien harus betul-betul relax. End Feel adalah keras karena
gerakan ini diakhiri oleh pertemuan antara tulang dan tulang (olecranon dan fossa
olecrani) Selain itu gerakan ini direm oleh ligamentum colateral bagian
anterior, sehingga jarak gerak sendi yang normal seharusnya tidak lebih dari
180°. Namun jarak gerak sendi siku sering juga dijumpai adanya perbedaan antara
siku kanan dan siku kiri.
Informasi dari tes ini adalah : adanya kemungkinan cidera dan struktur
kapsul bagian anterior, ligamen collateral bagien anterior atau tendô m. biceps
brachii dan m. brachialis, serta capsular patern.
3.
Gerakan pronasi pasif.
Pada gerakan pronasi maka tulang radius berputar terhadap tulang ulna.
Pada gerak pronasi pasif jarak gerak sendi dapat mencapai 90 darajat. Dalam
pelaksanaan tes ini maka yang terpenting pemeriksa memberikan memfixir tulang
ulna sedangkan tangan yang lain menggunakan ibu Jari memegang bagian distal
tulang radius. Kemudian tulang radius diputar kearah pronasi. Sifat gerakan
akhir (end feel) dari gèrak pronasi adalah lebih keras bila dibanding dengan
gerak flexi, tetapi lebih lunak bila dibanding dengan gerak ekstensi, sehingga disebut capsulo ligamenter.
4.
Gerak supinasi pasif.
Teknik pelaksanaan seperti pada gerak
pronasi pasif, hanya arah gerakan yang terjadi berlawanan. Jarak gerak
sendi pada gerakannya adalah 90°. End feel sedikit lebih keras daripada gerak
pronasi namun tetap disebut capsulo ligamenter.
5.
Gerak flexi melawan
tahanan.
Tehnik pelaksanaannya pada gerakan ini harus memperhatikan stibilitas
sendi shoulder, sehingga gerakan yang terjadi bukan merupakan gerakan
kompensasi dari sendi shoulder. Posisi pasien seperti pada gambar dan
fisioterapis berikan tahanan static isometric pada gerak fleksi sendi siku.
lnformasi yang didapat dari gerak ini adalah kekuatan otot flexor, terutama
m.biceps brachii dan brachialis dan rasa nyeri pada otot-otot tadi, musculo
tendinogen dan sebagainya.
6.
Gerak extensi melawan
tahanan.
Gerakan ini berlawanan arahnya dengan gerak flexi, sehingga yang perlu
di perhatikan pada grakan extensi melawan tahanan adalah pemberian tahanan dan
faktor gaya dorong yang akan menentukan struktur sendi shoulder. Informasi yang
didapat dari gerakan ini adalah seperti halnya pada gerak flexi melawan tahanan
yaitu kekuatan otot terutama otot
triceps, rasa nyeri dan adanya kemungkinan kompresi/penekanan pada bursa
subdeltoid.
7.
Gerak pronasi melawan
tahanan.
Pada pelaksanaan tes gerak ini, maka pemeriksa memberikan yang kuat
pada distaI tulang radius dengen, menggunakan kedua ibu jari tangan pemeriksa
terutama permukaan thenor. Kemudian
pasien disuruh menggerakkan tulang radius kearah pronasi dan pemeriksa
memberikan tahanan sehingga sedemikian rupa sehingga kontraksi yang teradi
adalah kontraksi static isometric. Untuk menghindari gerakan kompensasi maka
elbow pasien pada 90˚ flexi. Gerakan ini dilakukan oleh m. pronator teres.
8.
Gerak Supinasi melawan
tahanan.
Pada prinsipnya tekhnik pelaksanaannya sama dengan gerak pronasi
melawan tahanan, hanya arah gerakan yang dilakukan oleh pasien kearah supinasi
dan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa ke
arah pronasi. Gerakan ini dilakukan oleh m. biceps brachii dan m.
supinator.
9.
Gerak fleksi melawan
tahanan pada sendi pergelangan tangan
Otot penggerak fleksi sendi pergelangan tangan pada umunya bersifat
multi axial sehingga ada beberapa group flexor, pergelangan tangan juga
merupakan group flexor dari sendi siku.
Tes ini sering juga digunakan pada otot-otot fleksor carpiradialis dan
ulnaris serta otot-otot flexor digitorum yang berorigo disekitart epicondylus
medialis humeri atau sering dipakai untuk tes golfer elbow.
10.
Gerak ekstensi melawan
tahanan padä sendi pergelangan tangan.
Tes dengan gerak ini, sering digunakan untuk tes group otot extensor
sendi pergelangan tangan sekaligus juga ekstensor sendi siku yang berorigo pada
epicondylus lateralis humeri (Tennis elbow). Otot—otot ini antara lain ; m.
extensor carpi radialis longus dan brevis, m. digitorum communis dan ekstensor
carpi ulnaris.
b.
Manipulasi Regio Siku
Regio siku
dalam hal ini sendi siku dibentuk oleh tiga komponen sendi yaitu :Articulatio
Humero Ulnaris, artikulatio humero radialis dan articulatio radio ulnaris
proximal.
Pada
prinsipnya pemberian manipulasi (traksi-translasi) Ialu mengikuti bentuk
konkafitos konfeksitos (cekung — cembung) dari pada permukaan sendi.
1.
Articulatio Humero Ulnaris.
Apabila kita ingin mémberikan traksi sebagai pemeriksaan lingkup gerak
sendi (joint play), maka pemberian traksi diberikan pada Maximally loose pached
possition ( MLPP ) ± 70˚ flexi. Sedangkan arah traksi pada Humero ulnaris
sesuai dengan bentuk permukaan sendi, adalah 45° dari otis tulañg ulnaris atau
dengan kata lain untuk memperoleh arah traksi yang sejajar denan permukaan sedi
maka arah traksi = derajad flexi – 45°.
Contoh Pada flexi siku 90° maka arah traksi = derajad flexi – 45° =
45°flexi.
Pada tujuan terapi, maka pemberian traksi dapat diberikan
pada,maximally loose pached position, posisi fleksi, posisi ekstensi atau
posisi keterbatisan gerak sendi siku.
-
Traksi pada maximalle loose pached position (MLPP)
Posisi seperti pada gambar,yang mana tangan
fisioterapi berlawanan memegang ós humerus ke distal mungkin sambil meraba
batas garis sendi, dengan ibu jari. Sedangkan tangan yang lain. menarik ke
anterior membentuk garis sudut 45˚ dengan sumbu tulang.
-
Traksi pada keterbatasan gerak fleksi 70˚
Tehnik
pelaksanaan seperti tersebut diatas.
Indikasi :
keterbatasan sendi siku a specifiic.
-
Terapi Manipulasi traksi pada 60˚ fleksi humero ulnaris
Posisi
pasien: tidur terlentang, lengan yang akan di traksi difiksasi dengan belt
seperti gambar.
Fisioterapis:
Tangan yang berlawanan memegang (memfixir) lengan bawah sedistal mungkin.
Tangañ yang lain memberikan traksi ke arah seperti pada gambar.
-
Terapi Manipulasi traksi humero ulnaris pada 120˚ fleksi
Teknik
pelaksanaan seperti pada gambar.
Indikasi :
keterbatasan sendi siku a spesifik.
untuk
menambah fleksi articulation humero ulnaris.
-
Traksi Humero ulnaris pada 120˚ fleksi lengan bawah mid posisi.
Teknik
pelaksanaan: pasien duduk disamping meja pengobatan.(seperti pada gambar)
Fisioterapis:
Arah traksi dan fixasi lihat gambar.
Indikasi :
penambahan flexi siku, keterbatasan sendi siku specifik.
-
Traksi Humero ulnaris pada posisi lengan mendekati normal ekstensi
Tehnik
pelaksanaan: seperti jenis-jenis traksi humero ulnaris yang lain, arah traksi
dan fiksasi seperti gambar. DaIam pemberian traksi ini lengan bawah dapat pada
posisi supinasi maupun pronasi, tergantung tujuan yang hendak dicapai.
2.
Articulatio radiohumeri
-
Traksi Humero radialis pada posisi MLPP
Teknik
pelaksanaan:
Posisi :
tidur terlentang.
Fisioterapis:
tangan yang sama memberikan fiksasi pada lengan atas sedistal mungkin sambil
jari telunjuk meraba garis sendi (olecranon). Tangan fisioterapis yang lain
memberikan traksi pada os radius dengan fiksasi seperti pada gambar dan arah
traksi searah sumbu tulang radius.
-
Traksi pada Humero radialis keterbatasan gerak fleksi 70˚.
Tehnik
pelaksanaan dan posisi pasien seperti pada gambar.
Indikasi :
Keterbatasan sendi siku aspecifik.
-
Translasi Articulatio
Cubiti Antebracium medial
Posisi pasien
: duduk
Indikasi untuk menambah lingkup gerak sendi ke
arah extensi pada keterbatasan gerak sendi siku aspesifik.
-
Translasi Articulatio
Cubiti antebrachium lateral.
Gerakan
translasi ini dapat dilaksankan pada lengan, makin gerak ke arah flexi atau
keterbataan akhir gerak flexi seperti gambar di bawah ini.
Indikasi:
untuk menambah lingkup gerak sendi arah flexi pada keterbatasan gerak sendi
siku aspecifik.
3.
Articulatio Radio Ulnaris
Proksimal
-
Translasi articulation humero radialis
Teknik pelaksanaan
:
Posisi pasen
duduk dengan tangan diatas bangku (seperti gambar) – Fisioterapis
memberikan translasi pada head of radio
ke anterior. Arah translasi ke ventral pada gerakan ini berfungsi :
§
sebagai translasi pada
gerak supinasi
§
translasi pada gerak flexi
Humero Radialis.
§
Keterbatasan gerak süpinasi
Radio — Ulnaris proximal.
§
Keterbatasan gerak flexi
Humero — Radialis.
Catatan: os
radius terhadap os ulna. — permukaan sendinya berbentük konvek (cembung).
Os radius
terhadap Os humerus permukaan sendi berbentuk konkaf (cekung). “ingat hukum
konvexitos dan koncafitos pada traksi translasi “.
-
Translasi articulutio
Humero Radialis. articulctio radio ulnaris proximal : Radius ke posterior.
§
sebagai translasi pada
gerak pronasi.
§
translasi pada gerak
extensi Humero – Radialis.
Indikasi :
Keterbataan gerak pronasi radius ulnaris proximal, Keterbatasan gerak extensi
Humero radialis.