Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Ia berfungsi melindungi medulla spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke tulang-tulang paha dan tungkai bawah. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae. Masing-masingnya dipisahkan oleh diskus fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis. Seluruh diskus ini menyusun seperempat panjang columna.
Cervecales 7, Thoracales 12, Lumbal 5, Sacral 5, Coxae 4; 3 yang bawah biasanya menyatu.
A. Ciri Umum Vertebra
Meskipun menunjukkan perbedaan regional, vertebra memiliki pola umum. Vertebra yang khas terdiri atas corpus yang bulat di depan dan arcus vertebrae di belakang. Keduanya melingkupi ruang yang disebut foramen verteebrale, yang dilalui medulla spinalis dengan pembungkusnya. Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus silimdris, yang membentuk sisi arcus, dan sepasang lamina pipih, yang melengkapi arcus ini di bagian belakangnya.
Arcus vertebrae mempunyai 7 prosecesus yaitu processus spinosus, 2 transversus, dan 4 articularis.
Prosessus spinosus, menenjol ke posterior dari pertemuan dua laminae. Prosesus transverses menonjol ke lateral dari titik pertemuan laminae dan pediculus. Kedua jenis processus ini berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat perlekatan otot dan ligament.
Processus articularis tersusun vertical dan terdiri atas dua proosessus superior dan dua prosessus inferior. Menonjol dari perbatasan laminae dan pediculus, dan facies articularisnya ditutupi tulang rawan hialin. Prosessus articularis superior dari satu arcus vertebrae berarticulasi dengan prosessus articularis inferior dari arcus vertebra diatasnya, membentuk articulatio synvialis.
Pediculus berlekuk pada tepi atas dan bawahnya, membetnuk incisura vertebralis superior dan inferior. Incisura superior satu vertebra dan incisura inferior vertebra di atasnya bersama-sama membentuk foramen intervertebralis. Foramen ini pada kerangka yang berartikulasi, berfungsi menyalurkan n. spinalis dan pembuluh darah.
a. Vertebra Cervicalis
Khas memiliki cirri berikut ini: tiap prosessus transverses mempunyai foramen prosessus transverse untuk av. Vertebralis. Prosessus spinosus kecil dan bifid. Corpus kecil dan diameter transversa lebih besar dari diameter anteroposterior, tersapat sendi-sendi synovial kecil pada tiap sisi. Foramen vertebrale besar dan berbentuk segitiga. Prosessus artikularis superior mempunyai facies artikularis yang rata dan kecil, menghadap ke bekalang dank e atas, prosessus artikularis inferior mempunyai facies artikularis yang menghadap ke bawah dan depan.
Vertebra cervicalis pertama, kedua, dan ketujuh bentuknya tidak khas
Vertebra cervicalis [ertama, atau atlas, tidak mempunyai corpus maupun prosessus spinosus. Hanya berupa cincin tulang, yang terdiri atas arcus anterior dan arcus posterior dan sebuah masa lateralis pada tiap sisi. Tiap masa lateralis mamiliki facies articularis superior dan inferior. Tulang ini berartikulasi di atas dengan condylus occipitalis, membentuk articulatio atlanto-occipitalis. Dibawah, berartikulsi dengan axis dan membentuk articulatio atlanto axialis.
Vertebra cervicalis kedua atau axis mempunyai dens yang mirip pasak, yang terdapat di atas corpus dan mewakili corpus atlas yang telah menyatu dengan axis.
Vertebra cervicalis ke tujuh, atau vertebra prominens, disebut demikian karena mempunyai prosessus spinosus paling panajang. Processus ini tidak bifid. Processus transversus C7 besar, namun foramen processus transversinya kecil dan dilalui v.vertebralis.
b. Vertebra Thoracis
Vertebra Thoracicus makin besar ukurannya dari atas ke bawah. Corpus berbentuk jantung. Foramen vertebrale relative kecil dan bulat. Processus spinosus panjang dan condong ke bawah. Fovea costalis terdapat pada sisi corpus, tempat caput costae berartikulasi, dan pada processus transversus untuk berartikulasi dengan tuberculum costae. Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap ke belakang dan lateral, sedangkan facies processus articularis inferior menghadap ke depan dan medial. Processus articularis inferior Th12 menghadap ke lateral, seperti halnya vertebra lumbalis.
c. Vertebra Lumbalis
Corpus tiap vertebra lumbalis bersifat massif dan berbentuk ginjal. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang. Laminae tebal, dan foramen vertebrale berbentuk segitiga. Processus transversus panjang dan langsing. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan terjalur lurus ke belakang. Facies articularis spinosus articularis superior menghadap ke medial, dan facies processus articularis inferior menghadap ke lateral.
Vertebra lumbalis tidak mempunyai facies articularis dengan costae dan tanpa foramen processus transversi.
d. Os Sacrum
Terdiri dari lima vertebra rudimenter yang bergabung, membentuk sebuah tulang berbentuk baji, yang cekung di anterior. Batas atas, atau basis tulang ini berartikulasi dengan L5. Batas inferior yang sempit berarticulasi dengan kedua Os Inominata atau Os Coxae, membentuk articulation sacroiliaca. Tepi anterior dan superior S1 menonjol ke depan sebagai margo posterior aperture pelvis superior dan dikenal sebagai promontorium sakralis.
Foramen vertebrale pada kelompok ini membentuk canalis sacralis. Laminae S5, kadang-kadang juga S4 tidak mencapai garis tengah dan membentuk hiatus sacralis.
Permukaan anterior dan posterior sacrum mempunyai 4 foramina pada tiap sisinya, yang dilalui rani ventrales dan dorsales S1-4.
e. Os Coccygea
Terdiri atas empat vertebra yang berfungsi membentuk sebuah tulang segitiga kecil, yang berarticulasi pada basisnya dengan ujung bawah sacrum. Vertebra coccygea pertama biasanya tidak ikut atau tidak sempurna berfungsi dan vertebra kedua.
f. Diskus Intervertebralis
Menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis. Struktur ini dapat dipandang sebagai discus semi-elastis. Cirri fisiknya memungkinkan mereka berfungsi sebagai peredam benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak bertambah, seperti bila seseorang melompat turun dari ketinggian. Kelenturannya memungkinkan vertebra yang kaku dapat bergerak satu terhadap lainnya. Sayangnya daya pegas ini berangsur hilang dengan bertambahnya usia.
Setiap discus terdiri atas bagian tepi, annulus fibrosus, dan bagian pusat, nucleus pulposus. Annulus fibrosus terdiri atas jaringan fibrocartilago dengan serat collagen yang tersusun sebagai lamel-lamel konsentris. Berkas collagen berjalan serong diantara corpus vertebrae berdekatan, dan lamel-lamel lain berjalan dalam arah sebaliknya. Serat-serat yang lebih perifer melekat dengan kuat pada lig.longitudinalis anterius dan posterius dari columna vertebralis.
Nucleus pulposus pada anak adalah masa mirip gel, berbentuk lonjong, banyak mengandung air, sedikit serat collagen, dan sedikit sel tulang rawan. Biasanya berada dalam keadaan terteken dan terletak lebih dekat dengan tepi posterior daripada tepi anterior discus.
Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae berdekatan yang menempel pada discus, tertutup lempeng tulang rawan hialin tipis.
Sifat setengah cair dari nucleus pulposus memungkinkannya berubah bentuk dan vertebra dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di atas yang lain, seperti pada fleksi dan ekstensi columna vertebralis.
Peningkatan beban kompresi mendadak pada columna vertebralis mengakibatkan nucleus pulposus semi cair itu menjadi gepeng. Penekanan nucleus keluar dapat ditahan oleh daya pegas annulus fibrosus disekelilingnya. Namun, kadang-kadang tekanan keluar ini terlampau kuat bagi annulus, sehingga rupture dan meloloskan nucleus pulposus. Keadaan ini disebut herniasi.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nucleus pulposus menurun dan diganti oleh fibrocartilago sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur dan sukar dibedakan dari anulus.
Diskus intervertebralis tidak ditemukan diantara C1 dan 2 ataupun dalam sacrum coccygea.
B. Sendi-Sendi Pada Vertebra
a. Sendi Antar Corpus Vertebrae
Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan dilapisi oleh lempeng tulang rawan hialin tipis. Diantara lempeng e=rawan hialin tersebut, terdapat discus intervertebralis yang disusun oleh jaringan fibrocartilago. Serat-serat collagen discus dengan erat menyatukan kedua corpus vertebrae.
Di daerah cervical bawah ditemukan banyak sendi synovial kecil di kiri-kanan discus intervertebralis, antara permukaan atas dan bawah corpus vertebrae.
Ligamenta
Lig. Longitudinale anterius dan posterius berjalan turun sebagai suatu pita utuh menyusuri permukaan anterior dan posterior columna vertebralis, dari cranium sampai sacrum. Lig. Anterius lebar dan menempel kuat pada tepi depan., sisi corpus vertebrae dan pada discus intervertebralis. Lig. Posterius lemah dan sempit, melekat pada tepi posterior diskus.
b. Sendi Antar Arcus Vertebrae
Sendi antar arcus vertebrae terdiri atas dua sendi synovial diantara proceccus artikularis superior dan inferior vertebra berdekatan. Facies artikularis tertutup oleh tulang rawan hialin, dan sendi dikelilingi oleh lig. Capsularis.
Ligamenta
Lig. Supraspinalia menghubungkan ujung-ujung processus spinosus vertebrae. Lig. Interspinalia berjalan di antara processus spinosus berdekatan Lig. Flava menghubungkan dua lamina berdekatan. Di daerah cervical, ligamenta supraspinalia sangat tebal, membentuk Lig. Nuchae. Yang terakhir ini meluas dari processus spinosus C7 sampai ke protuberantia occipitalis externa,permukaan anteriornya melekat erat pada processus spinosus cervicales di depannya.
c. Articulation Atlanto Occipitalis
Merupakan sendi synovial antara condilus occipitalis, di kiri-kanan foramen magnum di atas dan facies articularis superior masa lateralis atlas di bawah. Sendi synovial jenis avoid. Gerak utamanya dalah fleksi-ekstensi yaitu yes joint, dengan ROM 10°-15° / 0° / 20°-25°.
Ligamenta
Membrane atlanto occipitalis anterior, merupakan lanjutan lig. Longitudinal anterius, menghubungkan arcus anterior atlas dengan tepi anterior foramen magnum. Membrane atlanto occipitalis posterior menyerupai lig flava, menghubungkan arcus posterior atlas dengan tepi posterior foramen magnum.
d. Articulatio Atlanto Axialis
Terdiri atas 3 sendi synovial, satu diantaranya antara dens axis dengan arcus anterior atlas, sedangkan 2 lainnya diantara masa lateralis kedua tulang.
Sendi synovial jenis sendi putar. Gerak utamanya adalah rotasi atau no joint. Dengan ROM 35°-40° / 0° / 35°-40°. Gerak lainnya adalah fleksi-ekstensi ROM 10°-15° dan lateral fleksi 5°, rotasi 45° arteri vertebralis ipsilateral terjepit.
Ligamenta
Lig. Apicis dentis adalah terletak di tengah dan menghubungkan apex dentis dengan tepi anterior foramen magnum.
Ligamen aalaria terletak di kanan-kiri lig. Apicis dentis, menghubungkan dens axis dengan sisi medial condylus occipitalis
Lig. Crusiformi atlantis terdiri atas lig. Transversum atlantis yang kuat dan fascicule longitudinales yang lemah. Ujung-ujung lig. Transversum melekat pada bagian dalam masa lateralis atlas dan mengikat dens axis pada arcus anterior atlas. Fasciculi longitudinales berjalan dari permukaan posterior corpus, axis, sampai ke tepi anterior foramen magnum.
Membrane Pektoria merupakan lanjutan ke atas dari ligament longitudinal posterior. Melekat pada os occipitalis tepat di dalam foramen magnum.
Membran ini menutupi permukaan posterior dens axis, lig apicis dentis, alaria, dan cruciform atlantis.
C. Gerakan Columna Vertebralis
Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, columna vertebralis terdiri atas sejumlah vertebra terpisah yang tersusun rapid an dipisahkan oleh discus intervertebralis. Vertebrae dipertahankan pada tempatnya oleh ligament kuat yang sangat membatasi derajat gerakan yang mungkin terjadi antara vertebra berdekatan.
Meskpun demikian, hasil akhir gabungan semua gerakan ini, memberikan derajat gerakan columna vertebralis yang cukup besar.
Gerakan berikut ini dapat dilakukan: fleksi, ekstensi, laterofleksi, rotasi, dan sirkumduksi:
Fleksi adalah gerakan ke depan, sedangkan ekstensi adalah gerakan ke belakang. Keduanya dapat leluasa dilakukan di daerah cervical dan lumbal, namun terbatas di daerah thoracal.
Laterofleksi adalah condongnya tubu ke salah satu sisi. Gerak ini amat mudah dilakukan di daerah cervical dan lumbal, namun terbatas di daerah thoracal.
Rotasi adalah gerak memutar columna vertebralis. Paling leluasa di daerah lumbal.
Sirkumduksi adalah gabungan gerakan-gerakan di atas.
Jenis dan keleluasaan gerak yang mungkin pada tiap daerah columna, sebagian besar tergantung pada tebal discus invertebralis dan bertuk serta arah processus articularis. Di daerah thoracal, iga, tulang rawan iga, dan sternum sangat membatasi keleluasaan gerak.
Articulation atlanto-occipitalis memungkinkan fleksi dan ekstensi luas dari kepala. Articulation atlanto-axialis memungkinkan rotasi luas pada atlas dan dengan demikian, juga rotasi kepala di atas axis.
· Columna vertebralis digerakkan oleh banyak otot, sebagian besar melekat langsung pada vertebra, sementara yang lain, seperti m. sternocleidomastoideus dan otot dinding perut, melekat pada cranium atau pada iga atau fascia.
· Di daerah cervical, fleksi dilakukan oleh m. longus colli, scalenus anterior, dan sternocleidomastoideus. Ekstensi dikerjakan oleh otot-otot post vertebralis. Laterofleksi dikerjakan oleh m. scalenus anterior dan medius dan m. trapezius dan sternocleidomastoideus. Rotasi dikerjakan oleh m. sternocleidomastoideus pada satu sisi dan m. splenius sisi lainnya.
· Di daerah thoracal rotasi dilakukan oleh m. semi spinalis dan mm. rotators, dibantu oleh m. obliquus dinding anterolateral abdomen.
· Di daerah lumbal, fleksi dilakukan oleh m. rectus abdominis dan m. psoas. Ekstensi dikerjakan oleh otot post vertebralis. Laterofleksi dilakukan oleh otot post vertebralis, m. quadrates lumborum, m. obliquus dinding anterolateral abdomen. M. psoas dapat pula berperan dalam gerakan ini. Rotasi dilakukan oleh mm. rotators dan m, obliquus dinding anterolateral abdomen.
D. Otot Punggung
a. Otot Superficial
Otot ini merupakan bagian lengan atas dan terdiri atas m. trapezius, latissimus dorsi, levator scapulae, dan rhomboideus minor dan major.
b. Otot Intermedia
Otot ini berhubungan dengan respirasi, terdiri atas m. serratus posterior superior, serratus posterior inferior, dan levatores costarum.
c. Otot Profunda (Otot Post Vertebralis)
Pada posisi berdiri, garis gaya berat akan berjalan melalui dens axis, di belakang pusat-pusat sendi coxae dan di depan sendi lutut dan pergelangan kaki. Akibatnya, bila tubuh dalam posisi ini, sebagian besar berat badan akan jatuh di depan columna vertebralis. Karenanya, tidak mengherankan bila otot-otot post vertebralis manusia berkembang lebih baik. Tonus postural otot-otot ini adalah factor utama dalam memepertahankan lengkung-lengkung normal columna vertebralis.
Otot punggung profunda merupakan jaringann otot berbentuk kolom tebal dan lebar, yang menempati rongga di kiri kanan processus spinosus. Mereka meluas dari sacrum hingga cranium dan terletak di bawah fascia thoracolumbalis. Perlu diketahui bahwa massa otot majemuk ini, terdiri atas sejumlah otot terpisah dengan panjang yang beragam. Setiap otot dapat dipandang sebagai tali, yang bila ditarik, mengakibatkan satu atau lebih vertebra berekstensi atau rotasi terhadap vertebra di bawahnya. Karena origo dan insertion berbagai kelompok saling tumpang tindih, keseluruhan columna vertebralis dapat bergerak mulus.
Processus spinosus dan transversus vertebrae berfungsi sebagai pengungkit yang mempermudah kerja otot. Otot-otot terpanjang terletak lebih superficial dan berjalan vertical dari sacrum ke angulus costae, processus transversus, dan processus spinosus vertebrae atas. Otot dengan penjang sedang (intermedia), berjalan serong dari processus spinosus ke processus transversus. Otot-otot pendek yang terletak lebih dalam, berjalan di sela-sela processus spinosus atau processus transversus vertebra yang berdekatan.
E. Patologi pada Vertebra
a. Lengkung Abnormal Columna Vertebralis
1. Kyphosis
Kyphosis adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan lengkung sagital berlebihan pada pars thoracica columna vertebralis. Ini mungkin disebabkan kelemahan otot atau perubahan struktur corpora vertebrae atau discus intervertebralis. Misalnya, pada remaja yang sakit-sakitan dan dengan tonus otot yang lemah, belajar atau bekerja berjam-jam, menggunakan meja yang rendah dapat berakibat kyphosis pada daerah thoracicus atas. Orang itu dikatakan “berbahu bundar”. Fraktur gencetan atau destruksi tuberculosis pada corpora vertebrae berakibat khyposis angular akut pada columna vertebralis. Pada orang tua, osteropororsis (penipisan tulang abnormal) dan atau degenerasi discus intervertebralis menimbulkan kyphosis senilis, yang mengenai columna vertebralis daerah cervical, thoracal, dan lumbal.
2. Lordosis
Lordosis adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan lengkung sagital yang berlebihan di daerah lumbal. Lordosis ini terjadi akibat bertambahnya beban isi abdomen, seperti pada uterus hamil atau adanya tumor ovarii yang besar, atau sebagai akibat penyakit pada columna vertebralis seperti pada spondylolisthesis. Kemungkinan bahwa keadaan ini merupakan kompensasi postural pada kyphosis thoracicus atau penyakit articulation coxae (dislocatio congenitalis) tidak boleh dilupakan.
3. Scoliosis
Scoliosis adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan penyimpangan ke lateral dari columna vertebralis. Keadaan ini paling sering terjadi di daerh thoracal dan dapat diakibatkan kerusakan otot atau vertebra. Paralisis otot akibat poliomielitis dapat menimbulkan scoliosis hebat, demikian juga adanya hemivertebra congenital. Seringkali scoliosis bersifat kompensasi pada kaki yang pendek sebelah atau penyakit panggul.
b. Hernia Nucleus Pulposus
Annulus fibrosus bagian posterior dapat ruptur dan nucleus pulposus akan melesat ke posterior seperti pasta gigi yang terpencet. Herniasi ini berakibat penonjolan sentral di garis tengah di bawah lig. longiludinale posterius atau penonjolan lateral di samping lig. posterius dekat foramen intervertebrale. Tidak adanya nucleus pulposus menyempitkan celah antara corpora vertebrae, dan akan terlihat pada radiografi. Kendurnya lig. longitudinal anterius dan posterius berakibat bertambahnya mobilitas corpora vertebrae yang abnormal, berakibat nyeri setempat dan kemudian berkembang menjadi osteoarthritis.
1. Hernia Nucleus Pulposus Cervicalis
HNP Cervicalis tidak sesering HNP pada daerah lumbal. Discus yang paling mudah terkena adalah discus antara C5 dan C6 atau antara C6 dan C7. Penonjolan ke lateral berakibat penekanan radiks spnal. Tiap radiks spinal muncul di atas vertebra yang sesuai; jadi penonjolan discus C5-6 menekan radiks C6. Nyeri dirakasan pada bagian bawah belakang leher, bahu, dan sepanjang lengan, sesuai penyebaran radiks yang bersangkutan. Penonjolan sentral dapat menekan medulla spinalis dan a. spinalis anterior dan melibatkan tractus pyramidalis.
2. Hernisa Nucleus Pulposus Lumbalis
HNP Lumbalis lebih sering daripada discus cervicalis. Discus yang paling sering terkena ialah yang terletak antara L4 dan 5, dan antara L5 dan Sacrum. Di daerah lumbal, redices dalam cauda equina berjalan ke posterior sepanjang jumlah discus intervertebralis. Herniasi ke lateral dapat menekan satu atau dua radix dan seringkali mengenai radix yang sedang menuju foramen intervertebrale di bawahnya. Nucleus pulposus biasanya menonjol langsung ke belakang, dan jika besar, mungkin menekan seluruh cauda equina, berakibat paraplegia.
Biasanya terdapat periode gejala awal dengan nyeri punggung akibat discus yang cedera. Otot-otot punggung dalam keadaan spasme, terutama pada sisi hernia, sebagai akibat penekanan pada radix spinalis. Akibatnya, akan terjadi scoliosis, dengan bagian cekungnya pada sisi lesi. Nyeri menjalar menuruni kaki sesuai penyebaras saraf yang bersangkutan. Karena radix sessoris yang peling sering mengalami penekanan ialah dari L5 dan S1, maka perasaan nyeri terasa di bagian belakang dan samping tungkai, yang menjalar ke telapak kaki. Keadaan ini sering disebut sebagai sciatica (=ischialgia). Pada kasus berat terdapat perestesia atau hilangnya sensasi umum.
Penekanan pada radix motoris akan melemahkan otot. Jika yang terkena radix motoris L5, maka dorso fleksi pergelangan kaki melemah, sedangkan bila mengenai radix motoris S1, maka plantar fleksi yang akan melemah, dan reflex pergelangan kaki akan melemah atau tidak ada sama sekali.
Penonjolan sentral yang besar dapat berakibat nyeri bilateral dan kelemahan otot kedua tungkai. Dapat pula terjadi retention urinae akut.
c. Dislokasi Columna Vertebralis
Dislokasi tanpa fraktur hanya terjadi di daerah cervical, karena kemiringan processus articularisnya memungkinkan terjadinya dislokasi tanpa menimbulkan fraktur. Di daerah thoracal dan lumbal, dislokasi hanya dapat terjadi jika processus articularis yang tersusun vertical itu patah terlebih dahulu.
Dislokasi umumnya terjadi antara vertebra C4 dan 5 atau C5 dan 6, yaitu tempat yang paling mobile. Pada dislokasi unitaleral, processus articularis inferior sebuah vertebra terdorong ke depan dan ke atas permukaan anterior processus articularis superior vertebra di bawahnya. N. spinalis sisi yang sama biasanya tecederai pada foramen intervertebrale, dan menimbulkan nyeri hebat. Untunglah ukuran canalis vertebralis yang cukup besar membebaskan medulla spinalis dari cedera pada kebanyakan kasus.
Dislokasi cervicalis bilateral hamper selalu disertai cedera hebat pada medulla spinalis. Orang akan langsung mati jika terjadi pada vertebra cervicalis atas, karena otot-otot pernafasan, termasuk diafragma, akan lumpuh.
d. Fraktur Columna Vertebralis
Fraktur processus spinosus, processus transversus, atau laminae umumnya disebabkan oleh trauma langsung atau, pada kasus tertentu, oleh aktivitas otot yang hebat. Fraktur kompresi corpus vertebrae biasanya dosebabkan trauma akibat fleksi-kompresi berlebihan dan terjadi pada tempat dengan mobilitas maksimum atau pada perbatasan daerah mobile dan tidak mobile. Hal yang menarik pada fraktur demikin adalah meskipun corpus vertebrae amat remuk, tetapi ligamentum longitudinal posterius tetap utuh. Arcus vertebralis tidak patah dan ligamentun intervertebralis juga utuh, sehingga tidak terjadi penggeseran vertebralis dan kerusakan medulla spinalis.
Fraktur dislokasi juga diakibatkan trauma akibat fleksi-kompresi berlebihan dan terjadi pada tempat dengan mobilitas maksimum atau pada perbatasan daerah mobile dan tidak mobile. Karena processus articularis patah dan ligamennya robek, vertebra yang bersangkutan tidak stabil, dan medulla spinalis biasanya cedera berat atau putus disertai keadaan paraplegia.
e. Cedera Medulla Spinalis
Derajat cedera medulla spinalis pada berbagai tingkatan vertebra, terutama ditentukan oleh factor-faktosr anatomis. Pada daerah cervical, dislokasi atau fraktur dislokasi sering terjadi, namun lubang canalis vertebralis yang besar seringkali menghindarkan medulla spinalis dari cedera berat. Tapi pada pergeseran yang besar, medulla dapat terpotong dan langsung mengakibatkan kematian. Jika lesi terjadi di atas segmen tempat keluarnya n. pherenicus, respirasi berhenti.
Pada fraktur dislokasi daerah thoracal, sering terjadi pergeseran yang cukup besar, dan kecilnya ukuran canalis vertebralis berakibat cedera pada medulla spinalis.
Pada fraktur dislokasi daerah lumbal, dua keuntungan anatomis membantu pasien. Pertama, medulla spinalis pada orang dewasa hanya meluas ke bawah sampai setinggi batas bawah vertebra L1. Kedua, ukuran foramen vertebrae yang lebih besar pada daerah ini menyediakan tempat lebih dari cukup bagi cauda equina. Karena itu cedera saraf di daerah ini bersifat ringan.
Cedera medulla spinalis dapat berakibat hilangnya sebagian atau seluruh fungsi pada tingkat lesi, dan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi tractus aferen dan eferen di bawah lesi.
DAFTAR PUSTAKA
Snell, Richard S. 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-5. Terjemahan Asli Jan Tambayong. Jakarta: EGC.
Nadhlifah, Ade Irma. 2012. Biomekanik SPINE. Disajikan dalam Kuliah Biomekanik dan Kinesiologi, Universitas Pekalongan, 6 Juni.