Kanker payudara secara umum disebabkan oleh ketidaknormalan sel dalam jaringan payudara. Salah satu tanda atau peringatan yang umum dari kanker ini adalah munculya benjolan dan penebalan pada organ payudara. Walaupun tidak semua benjolan pada payudara merupakan kanker, namun tetap harus diwaspadai.
Demikian disampaikan oleh spesialis bedah onkologi dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Dr. Sonar Sonny Panigoro, SpB.Onk, di sela-sela acara Kampanye Delapan Tingkatkan Kesadaran Kanker Payudara, Selasa, (8/5/2012), di Jakarta.
"Yang sering dikaburkan di masyarakat kalau ada benjolan pasti dikira kanker, padahal tidak. Hanya 15 persen benjolan yang benar-benar menjadi kanker payudara," ujar Sonar.
Sonar mengungkapkan, sekitar 80 persen benjolan pada payudara selebihnya mungkin hanya berupa tumor jinak, kelainan hormonal, kista, infeksi, benturan atau trauma. Jadi, kalau ada lima orang yang memiliki benjolan hanya satu yang berisiko kena kanker.
Kaum perempuan cenderung memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara dibanding pria karena perubahan hormon estrogen dan progesteron yang dimilikinya. Risiko tinggi juga dimiliki oleh seseorang yang memiliki garis keturunan riwayat kanker atau pernah terkena kanker payudara sebelumnya. Selain itu, penggunaan pil kontrasepsi dalam jangka waktu lama, gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol dan kurang aktivitas juga memicu risiko kanker payudara.
"Jika Anda memiliki gejala seperti pembengkakan pada seluruh atau sebagian payudara, iritasi kulit, payudara atau puting terasa nyeri, puting masuk ke dalam puting atau kulit payudara berwarna kemerahan, keluar cairan dari puting selain air susu serta benjolan di daerah ketiak, segeralah periksakan diri," himbau Sonar.
Sonar menambahkan, penyebab pasti untuk kanker payudara sendiri belum diketahui. Kanker payudara juga masih sulit untuk dicegah. Oleh karena itu, yang saat ini bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut adalah dengan menjalankan pola hidup sehat dan menemukan sedini mungkin kanker payudara.
Kanker payudara terbagi atas non-invasif, dimana sel-sel kanker masih berada di dalam duktus (puting) dan belum menyebar ke jaringan payudara sekitarnya. Sedangkan invasif, kanker payudara telah melewati dinding duktus dan menyebar ke bagian tubuh lain seperti kelenjar getah bening.
"Saat ini data di seluruh rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara adalah jenis kanker yang paling banyak diderita wanita," tegasnya.
Tingginya risiko tersebut diperkuat dengan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Indonesia yang menyatakan bahwa kanker payudara menduduki urutan pertama dari 10 penyakit kanker pada pasien rawat inap di rumah sakit selama periode 2004-2007. Ironisnya, hasil survei Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta tahun 2005 menunjukkan, 80 persen masyarakat tidak tahun pentingnya pemeriksaan payudara secara dini.
Source: Kompas.com